Jakarta, Gatra.com - Ekonom senior Fasial Basri menilai adanya program tol laut selama periode kepemimpinan Presiden Joko Widodo (Jokowi) belum mengurangi ongkos logistik secara signifikan.
"[Sebanyak] 90% perdagangan dunia lewat laut, Indonesia negara kepulauan hanya 10% lewat laut, 90% dari darat. Tol laut tidak memengaruhi ongkos logistik secara signifikan. Karena tol laut tidak membuat shifting dari darat ke laut," kata Faisal dalam seminar Universitas Gadjah Mada UGM) Kampus Jakarta, Selasa (30/4).
Menurutnya, hal itu terkait kenapa harga barang lokal lebih mahal daripada produk impor di beberapa wilayah di Indonesia, khusunya di luar Pulau Jawa seperti di Sumatera serta wilayah timur Indonesia.
"Apa yang membuat barang itu mahal? Bukan ongkos transportasi laut yang bikin mahal, tapi karena jadwal kapal enggak teratur. Kapal yang datang kecil karena pelabuhan dangkal tidak bisa disandari kapal yang besar. Jadi perusahan di sana harus menyetok inventory barang dagangan yang banyak," ujar Faisal.
Komponen transportasi laut hanya sebesar 20-30%. Namu yang disalahka transportasi laut saat terjadi inflasi. Faisal mencontohkan Provinsi Maluku tahun 2017 yang dianggap penyumbang inflasi tertinggi di Indonesia pada bulan November.
"Kita tahu penyebab logistik mahal akibat dari kualitas pelayanan kita yang terbatas, mudah-mudahan kita bisa menyelesaikan sampai akarnya," kata Faisal.