Home Gaya Hidup Daur Ulang Sampah Plastik Dijadikan Bahan Campuran Aspal di Kulonprogo

Daur Ulang Sampah Plastik Dijadikan Bahan Campuran Aspal di Kulonprogo

Jakarta, Gatra.com- Pelarangan peredaran kantong plastik diyakini tidak akan menyelesaikan permasalahan sampah plastik di Indonesia. Pelarangan peredaran tersebut justru akan mengganggu terciptanya circular economy dimana masa depan penanggulangan sampah adalah melalui daur ulang.

Asosiasi Industri Aromatika, Olefin, dan Plastik (Inaplas) menilai pengelolaan sampah dimulai dari hulu atau sejak di lingkup rumah tangga, dapat menciptakan nilai ekonomi. Sekretaris Jenderal Inaplas Fajar Budiyono mengatakan, faktor pencemaran sampah terhadap lingkungan yaitu sebenarnya perilaku konsumen yang belum melihat hal ini sebagai nilai ekonomi.

"Saat ini industri daur ulang plastik hanya jalan 80% kapasitasnya, padahal sampah plastik masih banyak, ini disebabkan karena sampah kita belum terpilah. Biaya sortir/pilah berkisar 50% dari cost recycle," tutur Fajar, Selasa (29/4).

Menurutnya, plastik sangat bermanfaat bagi kehidupan, dan dianggap menjadi masalah ketika sudah menjadi sampah. Maka, yang perlu dibenahi adalah pengelolaan sampah, bukan dengan melarang produk plastik. Industri plastik pada dasarnya mendukung penuh pengelolaan sampah dan minimalisir jumlah sampah dengan meningkatkan daur ulang berbagai sampah.

"Tapi yang penting itu, perubahan perilaku masyarakat yang tidak lagi melihat plastik sebagai sampah, tapi sebagai sesuatu yang bernilai ekonomi tinggi. Kemudian menerapkan prinsip zero waste to landfill dengan memilah sampah di rumah, daur ulang dan composting, dan lainnya," paparnya.

Beberapa daerah sebenarnya sudah mulai menerapkan inovasi pemanfaatan plastik salah satunya adalah Kulonprogo yang patut dijadikan contoh bagi daerah lainnya. Sampah kantong plastik di sana diolah menjadi bahan campuran aspal untuk proyek rehabilitasi jalan penghubung Kawasan Strategis Pariwisata Nasional Borobudur di ruas Nanggulan-Sentolo. Aspal campuran sampah plastik terbukti mampu meningkatkan kualitas jalan yang lebih kuat dan tidak mudah rusak.

Fajar pun tak sependapat jika produk plastik menjadi biang kerok pencemaran lingkungan, dimana konsumsi plastik di Indonesia masih terbilang rendah dibandingkan negara lainnya.

"Per kapita konsumsi plastik per tahun, Indonesia 23 kg, Singapore 60 kg, Thailand 40 kg, Malaysia 50 kg, dan Jepang 100 kg," katanya.

 

 

 

 

 

1519