Jakarta, Gatra.com - Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) bersama lembaga terkait dengan bencana seperti Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) mengimbau agar masyarakat waspada seiring kerusakan lingkungan dan datangnya cuaca ekstrem.
Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho memberikan contoh bencana banjir dan longsor yang terjadi di Bengkulu yang menewaskan 29 korban jiwa, terjadi akibat curah hujan yang tinggi sementara hutan digunduli sehingga mengakibatkan longsor.
"Banjir dan longsor yang terjadi di Bengkulu selain akibat curah hujan tinggi juga karena daya tampung sungai dan degradasi lingkungan akibat deforestasi sehingga terjadi longsor," ujar Sutopo pada Selasa (30/4) di Graha BNPB, Jakarta Timur.
Sutopo menyebut wilayah terparah terdampak bencana di Bengkulu terjadi di Kabupaten Bengkulu Tengah diakibatkan degradasi hutan dan kerusakan lingkungan akibat penambangan batubara yang berada di 8 titik di wilayah Gunung Bungkuk, Bengkulu Tengah.
Sementara Kabid Prediksi dan Peringatan Dini Cuaca BMKG Miming Saepudin mengungkapkan cuaca ekstrem akan terjadi pada awal Mei 2019 yang meliputi Kalimantan Timur, Kalimantan Utara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Barat, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Selatan, DKI, Jabar, Jateng, Bali, Nusa Tenggara Barat, Papua Barat hingga Papua.
"Lalu diwaspadai curah hujan tinggi di Aceh bagian tengah dan selatan, Sumatera bagian barat, Kalimantan Barat, Kalimantan Utara, Sulawesi Utara, Gorontalo, Sulawesi Barat, Sulawesi Tengah, Maluku Utara, Papua Barat, dan Papua bagian tengah," kata Miming.
Miming menyebut cuaca ekstrem tersebut terjadi akibat el Nino yang berada di level menengah atau moderat, dan tidak dapat diabaikan begitu saja. "Moderat ini antara rendah dan tinggi, kita tetap harus waspada," ujarnya
Kemudian Kepala Balai Besar Teknologi Modifikasi Cuaca Badan Pengkajian Penerapan Teknologi (BPPT) Tri Handoko Seto mengimbau curah hujan akan melemah dan cenderung terjadi Kemarau di Indonesia bagian selatan.
"Di musim kemarau mulai Mei pengurangan curah hujan cukup serius di Indonesia bagian selatan, harus ada antisipasi kekeringan," ujar Handoko. Kepada petani Handoko mengimbau agar memperhatikan pola tanam dan agar di bulan Juni hingga Juli tidak terjadi gagal panen.
Handoko juga mengimbau agar masyarakat juga mewaspadai potensi kebakaran hutan dan lahan. "Monitoring hutan dan lahan gambut, operasikan sekat kanal, basahi lahan gambut," ujar Handoko.