Tokyo, Gatra.com - Minggu ini, keluarga kekaisaran Jepang menjadi perbincangan yang hangat di kalangan warganet karena Kaisarnya, Akihito (85), yang telah berkuasa selama lebih dari 30 tahun, turun dari takhta dan akan meneruskan mahkota kaisar pada Pangeran Naruhito (59).
Budaya kekaisaran Jepang berbeda dengan kebudayaan kerajaan lain seperti kerajaan Inggris. Berikut sejumlah perbedaannya seperti dikutip dari Time:
1. Kaisar memiliki jabatan seumur hidup
Ketika Kaisar Akihito turun tahta minggu ini, ia akan menjadi kaisar Jepang pertama yang melakukannya dalam lebih dari 200 tahun. Undang-undang 1889 mewajibkan kaisar untuk memerintah sampai kematiannya untuk menghindari perebutan kekuasaan antara keturunan kaisar lain. Pengecualian dibuat untuk Akihito, yang telah menjalani operasi jantung dan perawatan untuk kanker prostat.
2. Jepang dipercaya sebagai monarki tertua dunia
Meskipun kalender Gregorian digunakan secara luas di Jepang, negara ini memiliki sistem kalender sendiri yang dimulai pada 660 SM, ketika Kaisar Jimmu, kaisar pertama Jepang, mendirikan Jepang. Dia memerintah hingga 585 SM.
Ketika Putra Mahkota Naruhito mengambil alih tahta pada hari Rabu (30/4) ini, ia akan menjadi kaisar ke-126 Jepang.
3. AS merombak tugas kaisar pasca Perang Dunia II
Konstitusi yang dirancang AS, yang mulai berlaku pada 1947, memberikan lebih banyak kekuasaan kepada legislatif Jepang dan "menelanjangi" kaisar dari semua kekuatan politik. Di bawah aturan baru ini, peran kaisar adalah bertindak sebagai "simbol Negara dan persatuan Rakyat."
4. Kekaisaran hanya untuk pria
Wanita tidak berhak untuk naik takhta di Jepang. Mereka diharuskan menyerahkan gelar kerajaan mereka jika mereka menikahi rakyat jelata. Meski demikian, Jepang telah membahas kemungkinan mengubah aturan untuk memungkinkan partisipasi perempuan selama beberapa dekade terakhir karena kekhawatiran bahwa monarki akan mati.
5. Kedewaan kaisar Jepang
Menurut mitologi Jepang, kaisar dan keluarganya dianggap sebagai keturunan langsung dari dewi matahari Amaterasu, seorang dewi Shinto.
Meskipun peran kaisar pasca Perang Dunia II itu kontroversial, Sekutu telah mengambil langkah-langkah untuk menghilangkan kekuasaan dari kaisar yang mahakuasa dan menurunkan daulat 'Shinto' setelah perang.