Jambi, Gatra.com - Deputi Bidang Edukasi, Sosialisasi, Partisipasi, dan Kemitraan Badan Restorasi Gambut RI, Myrna A Safitri mengatakan, tingkat kebakaran hutan dan lahan (karhutla) serta jumlah titik panas di Jambi semakin menurun.
"Bencana titik panas dan luas kebakaran hutan di area restorasi gambut menurun," ujar Myrna, Senin (28/4).
Ia menjelaskan, jumlah tahun 2015 titik api terdapat 1.056 dengan luasan kebakaran sebanyak 64.410 hektar. Tahun 2016 luasan lahan terbakar 2.519 hektar, tahun 2017 titik api terdapat 43 titik dan tidak ada lahan yang terbakar. Sedangkan tahun 2018 terdapat 43 titik api dan tidak ada lahan dan hutan yang terbakar.
"Pada umumnya ini daerah yang rawan tersebut yakni tiga wilayah, Tanjung Jabung Barat, Tanjung Jabung Timur dan Muaro Jambi. Setelah Papua, kesadaran masyarakat Jambi sudah mulai meningkat. Kami berharap tahun ini juga menurun," katanya.
Menurutnya, menurunnya angka tersebut karena cara terbaik pengendalian kebakaran adaIah mencegah api langsung pada sumbernya. Upaya yang dilakukan adalah dengan patroli terpadu dengan jumlah desa jangkauan yang terus ditingkatkan untuk memperluas deteksi dini, respon cepat dan peningkatan kepedulian.
"Kami berharap semua pihak tetap memberikan edukasi kepada masyarakat dan perusahaan, serta penegakan hukum," katanya.
Selain itu, memberi solusi kepada masyarakat. Misalnya, BRG membina masyarakat untuk tidak membakar lahan gambut dengan program Desa Peduli Gambut (DPG), dengan mengajak masyarakat membuat pupuk cair yang ramah lingkunga yakni F1 Embio. Embio mudah sekali dibuat karena bahan-bahannya mudah sekali didapatkan dapat digunakan untuk mempercepat pemulihan kualitas tanah.
"F1 Embio untuk mengembalikan kesuburan tanah, F1 Embio mengandung bahan-bahan organik untuk reklamasi tanah (soil condition). Satu botolnya bisa untuk 4 hektar dan harganya Rp23 ribu. Selain di Jambi, Sumsel, Riau, Kalbar, Kalsel, dan Kalteng sudah mencobanya sebagai solusi," katanya.