Home Gaya Hidup Masyarakat NTT Perlu Hindari Kekerasan Khususnya atas Nama Agama

Masyarakat NTT Perlu Hindari Kekerasan Khususnya atas Nama Agama

Kupang, Gatra.com - Wakil Gubernur Nusa Tenggara Timur (NTT), Drs. Josef A. Nae Soi, MM mengajak masyarakat NTT untuk menghindari segala bentuk kekerasan atas nama apa pun apalagi atas nama agama. 

“Saya mengajak kita semua, sama-sama sepaham untuk mengamini bahwa keesan Tuhan adalah wajib hukumnya. Apalagi di bumi Flobamora tercinta ini, sebagai insan ciptaannya saya ajak kita semua untuk melawan segala bentuk kekerasan atas nama apapun, apalagi kekerasan atas nama agama,” harap Josef Nae Soi dalam sambutannya saat membuka kegiatan Seleksi Tilawatil Qur’an (STQ) ke-25 Tingkat Provinsi NTT di halaman Mesjid Raya Nurussa’adah Fontein, Kota Kupang, Jumat malam (26/4).

Menurut Josef, dalam keragaman, masyarakat NTT harus bisa menyadari dirinya sebagai bagian yang utuh, tak terpisahkan satu dengan yang lainnya. Karena itu harus tetap mengedepankan kelestarian alam sebagai isi kandung Al Qur'an. 

Kalau Tuhan mau kita semua Islam, Dia cukup mengatakan Kun Fayakun, Islamlah kalian. Begitu juga kalau Tuhan ingin semua Kristen, tinggal bilang Kun Fayakun, jadilah semua Kristen. Juga kalau dia mau semua keriting dan hitam, pasti jadi. Tapi Tuhan mengatakan, kamu berbeda-beda tetapi satu adanya.

“Saya kira tidak berlebihan bahwa Bapa Bangsa kita  Nabi Ibrahim atau Abraham memiliki dua putera. Seorang bernama Ismail dan seorang Ishak," katanya.

Dari keturunan Ismail lahirlah Jamal, Nasir, Ansor dan Makarim.  Dari Isyak, lahirlah Josef atau Jusuf, lahirlah Viktor, Maria Magdalena, Yunus dan lain sebagainya. 

"Jadi kita tidak boleh mempertentangkan agama, suku dan ras karena kita lahir dari satu Bapa yakni Nabi Ibrahim atau Abraham. Mari kita tunjukan, bahwa dari NTT, kita merajut kebhinekaan,” tutur Josef Nae Soi.

Lebih lanjut Josef menjelaskan acara STQ harus dimanfaatkan sebagai momen untuk merajut persaudaraan, kebersamaan dan silahturami. Meningkatkan pengetahuan, pemahaman dan pendalaman terhadap ayat-ayat suci Al Qur'an agar dapat diamalkan  dalam kehidupan sehari-hari,  dalam masyarakat yang heterogen. 

Tidak boleh hanya sebagai rutinitas semata. Bukan sekadar konteks tahunan untuk sekdar uji kemampuan baca Al Quran, cari pemenang lalu rayakan dengan gembira. 

Josef pun bercerita tentang buku tokoh Muslim yakni Idham Chalid yang bedakan dua toleransi. Yaitu toleransi dogmatis, meyakini kebenaran agama yang kita anut, tidak boleh diganggu gugat oleh siapun. 

Tetapi begitu berhadapan dengan saudara yang beragama lain lahir toleransi civilius yang merupakan penterjemahan istilah di muslim,  Lakhum Dinukum Waliyadiin,  untukmu agamamu, untukku agamaku. 

"Dalam Kristen dikenal prinsip cintailah Tuhan Allahmu dengan segenap hati dan cintailah sesamamu seperti dirimu sendiri,” ujar Josef.

Sementara itu  Ketua Lembaga Pengembangan Tilawatif Qur’an (LPTQ) Provinsi NTT, Jamaludin Ahmad mengatakan pelaksanaan STQ ke-25,  dilaksanakan dalam suasana beberapa peristiwa penting yakni Isra Miraj 1440 Hijriah, perayaan Paskah umaat Kristiani, serta perhelatan akbar Pilpres dan Pemilihan Legislatif.  

“Peristiwa keagaamaan dan kebangsaan ini diharapkan dapat memberikan inspirasi untuk memperkuat pijakan moral bangsa. Ini penting  dalam merajut persaudaraan dan toleransi serta memperkokoh pemahaman terhadap keragaman sebagai suatu keniscayaan,” kata Jamaludin yang juga Ketua PWNU NTT ini.

STQ, lanjut Jamal, selain sebagai ajang seleksi qoriah dan qori terbaik, juga terutama sebagai wahana untuk merajut tiga persaudaraan yakni merajut Ukhuwah islamiyah (persaudaraan sesama muslim), Ukhuwah Wathoniyah (persaudaraan sesama anak bangsa) dan Ukhuwa Basyariyah (persaudaraaan sesama manusia sebagai ciptaan Allah). 

Hal ini sangat kontekstual ketika bangsa mengalami krisis antara lain krisis persaudaraan karena perbedaan pandangan dan pilihan. Krisis nasionalisme karena kurang rasa memiliki terhadap NKRI yang berideologi Pancasila. Krisis kemanusiaan karena anggap kita lebih tahu dan benar dari orang lain, semua yang di luar adalah salah. 

STQ Tingkat Provinsi NTT Tahun 2019 mengambil tema STQ Ke-25 Merajut Ukhuwah Islamiyah , Ukhuwah Wathoniyah dan Ukhuwa Basyariyah Untuk Mendorong Spirit NTT Bangkit Menuju Masyarakat Sejahtera dalam Bingkai NKRI. 

Jenis perlombaan ada dua yakni pertama, Tilawah yang mencakup golongan dewasa putra (Qori) dan putri (Qoriah)  serta anak-anak putra dan putri. Kedua Hifzhil Qur’an untuk putra (hafiz) dan putri (hafizah)  yang mencakup satu juz dengan tilawah untuk, lima juz dengan tilawah dan sepuluh juz dengan Tilawah.

Total peserta adalah 102 orang dari 22 Kabupaten/Kota se-NTT. Rinciannya Tilawah Dewasa terdiri dari Qori sebanyak 18 orang, Qoriah 16 orang. Tilawah Anak-anak, Qori sebanyak 15 orang serta Qoriah 15 orang. Hifzhil Quran satu juz, hafiz sebanyak 11 orang, 14 orang hafizah. 

Untuk lima juz, hafiz sejumlah 6 orang  dan hafizah 4 orang. Terakhir untuk sepuluh juz, hafiz 2 orang dan hafizah 1 orang. 

Kegiatan STQ berlangsung dari tanggal 26 sampai dengan 30 April. Para Qori dan Qoriah serta hafiz dan hafizah terbaik akan dikirimkan untuk mengikuti MTQ Tingkat Nasional yang akan dilaksanakan pada bulan Juni 2019 di Pontianak Kalimantan Barat.

Tampak hadir pada kesempatan tersebut Unsur Forkopimda NTT, Wakil Ketua Komisi V DPRD NTT, Muhammad Anshor, Kepala Kantor Kementerian  Agama NTT, Ketua MUI NTT, Ketua Muhammadiyah NTT, Ulama, Tokoh Agama, Para Hakim, ibu-ibu majelis taklim Kota Kupang, insan pers dan undagan  lainnya. 

Antonius Un Taolin