Jakarta, Gatra.com - Sejumlah mahasiswa dari Jawa Timur membuat marketplace lembaga kursus lokal di Kampung Inggris, Kediri, yang dinamakan Kampung Course. Inisiasi itu mendapat apresiasi dalam acara SiDU Youth Entrepreneurs Forum (YEF) 2019 yang diselenggarakan oleh perusahaan kertas dari Sinar Mas, Sinar Dunia (SiDU) yang juga didukung oleh Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf), Sabtu (26/4).
Satu di antara inisiator, Danang Pamungkas yang berasal dari Universitas Brawijaya menyebut latar belakang timnya membuat marketplace ini adalah banyaknya keluhan dari beberapa lembaga kursus di Kampung Inggris yang tak mendapatkan peserta.
Tak hanya itu, Danang menjelaskan calon peserta juga kebingungan untuk memilih lembaga kursus sebab jumlah lembaga di sana cukup banyak. "Setiap lembaga memiliki website dan mereka harus mengunjungi satu persatu. Itu memakan waktu yang lama," ujar Danang selepas acara SiDU YEF 2019 di Perpustakaan Nasional, Gambir, Jakarta Pusat, Jumat (26/4).
Berangkat dari masalah itu, Danang dan beberapa rekan akhirnya memutuskan untuk membangun wadah yang menghubungkan calon peserta bimbingan belajar dengan lembaga kursus lokal di Kampung Inggris.
Senada dengan Danang, Indre Wanof dari Universitas Islam Kediri yang juga rekan setimnya menjelaskan, langkah ini sekaligus mendukung lembaga kursus lokal yang ada di Indonesia untuk terus berkembang. Sebab ia tak menampik, banyak pelajar yang lebih memilih bergabung dengan lembaga kursus luar negeri.
"Padahal, ketika kita berbicara masalah skill atau kuaitas dari lembaga kursus itu kita juga bisa setara dengan lembaga luar. Cuma kelemahannya ya itu, digital marketing. Mereka butuh pemasaran yang lebih jauh lagi, salah satunya melalui platform kita," jelas Indre di lokasi yang sama.
Platform ini sendiri sudah berjalan setahun, dengan fokus utama calon peserta dan lembaga kursus di Kampung Inggris. Satu inisiator lainnya, Jimy Candra Gunawan dari Universitas Negeri Malang menganggap Kampung Inggris merupakan pasar yang tepat, sebab ada 3.000 pelajar SMA dan SMK serta mahasiwa yang mendaftar di lebih dari 140 lembaga kursus Bahasa Inggris di Kediri.
Setahun membangun platform ini bukanlah usaha yang mudah dilakukan bagi mereka. Awalnya, mereka membangun ide itu melalui Fanpage Facebook dan blog. Mereka mengajak beberapa lembaga untuk bergabung, namun sering kali mendapat penolakan karena merasa tidak percaya terhadap garapan mahasiswa itu.
"Tapi ada yang mencoba, karena mereka memang sangat butuh peserta," kenang Danang.
Walau masih terhitung sedikit, mereka bersikukuh untuk tetap menjalankannya. Sedikit demi sedikit mereka mendapat penghasilan dari peserta bimbingan yang mendaftar di tiga lembaga yang 'terpaksa' bergabung itu.
Danang menceritakan, uang dari pendaftaran peserta bimbingan terkumpul cukup banyak hingga akhirnya mereka memutuskan untuk membuat website. "Untuk membangun website, kami membutuhkan dana Rp3 juta," terang Danang.
Kini setelah dikembangkan, sebanyak 30 lembaga turut berpartisipasi di website Kampung Course dengan peserta bimbingan mencapai 700-800 peserta. Selain itu, mereka mendapatkan traffic website yang cukup tinggi, yakni 22 ribu pengunjung dalam dan luar negeri tiap bulannya.
Kendati begitu, Jimmy mengakui website tersebut masih perlu pengembangan lebih lanjut, terlebih pada interaksi usernya. "Kemudian dari segi resource kami akan menambah beberapa orang untuk masuk dalam (program) internship," papar pria berkulit sawo matang ini.
Soal dukungan dan apresiasi dari pihak luar, Jimmy mengakui kampus mereka belum memberikan dukungan. Dukungan itu justru datang dari pihak luar, seperti Bekraf, Dinas Kota Malang dan lembaga teknologi yang bercokol di Malaysia dan Australia. Teranyar, Kampung Course bakal bekerja sama dengan lembaga dari Amerika Serikat.
"Dari situ kita memang belajar melalui prosesnya. Mungkin kita memang belum mendapat support dari kampus, kita mencoba mengembangkan bisnis ini secara independen," aku Jimmy.
Sementara itu, Danang menjelaskan garapan ini akan terus dikembangkan dengan menggaet seluruh lembaga lokal di Indonesia di bidang yang lain, misalnya IT, desain, kursus atau skill tertentu. Sepakat dengan Danang, Indre juga mengatakan pihaknya bakal ekspansi ke beberapa daerah.
"Kita ingin scale up lagi, dari satu kota menjadi lebih dari 22 kota, atau mungkin lebih lagi," terang Indre.
ntuk formasinya, Danang sendiri bekerja sebagai pengembang website, yang dibantu oleh tim IT lainnya. Sementara itu, Jimmy bekerja di ranah partnership dan mediasi pihak eksternal, sedangkan Indre sebagai marketingnya.