Jakarta, Gatra.com – Kisah tentang toleransi dalam keberagaman budaya dan agama kembali diangkat ke layar lebar. Kali ini bercerita tentang Hok Lo Pan atau martabak asal Bangka yang menjadi media alkuturasi antara budaya etnis Melayu dan Tionghoa. Kehidupan dua etnis yang saling berdampingan tersebut menunjukkan simbol keharmonisan pluralism yang masih hidup, khususnya di kepulauan Bangka Belitung.
Film berjudul Martabak Bangka ini diperankan oleh aktor yang sudah tidak asing di layar lebar yakni Ramon Y. Tungka (Jaya), Ario Astungkoro (Asep) serta beberapa warga lokal Bangka. Film berdurasi 115 menit ini disutradarai oleh Eman Pradipta dan diproduseri Okie Fikri.
Berawal dari kehidupan seorang pria muda bernama Jaya (27 tahun) yang dilemma akan pilihannya untuk mengikuti keinginan kekasihnya, Laras (25 tahun) yang meminta dirinya menerima tawaran kedai martabak milik Koh Acun (58 tahun).
Jaya pun meningat kenangannya bersama Koh Acun yang sudah mengajarkan dan mewariskannya resep martabak khas pulau Bangka tersebut. Di tengah kegalauannya itu, Jaya juga berniat untuk pergi ke Bangka untuk menyerahkan abu mendiang Koh Acun pada keluarganya yang tidak tahu keberadaannya.
Ditemani Asep (25 tahun), sahabat sekaligus anak buah yang membantu di kedai, Jaya memutuskan untuk berangkat ke Bangka dan mencari keluarga Koh Acun. Setelah melakukan perjalanan panjang, Jaya dan Asep berhasil menemukan keluarga Koh Acun. Namun, realita berkata lain. Kakak Koh Acun, Tedjo (62 tahun) menolak abu jenazah Koh Acun.
Lalu, apa sebenarnya yang membuat keluarga Koh Acun menolak abunya? Bagaimana keputusan Jaya selanjutnya, apakah Ia akan pulang ke Jakarta beserta abu atau menetap di Bangka? Martabak Bangka tidak hanya akan menampilkan intrik-intrik kisah Jaya dan keluarga Koh Acun, tetpi juga budaya dan tempat-tempat pariwisata di sana.
Meski belum dipastikan jadwal tayangnya, film Martabak Bangka rencana akan ditayangkan di seluruh bioskop-bioskop di Indonesia pada bulan Mei 2019.