Home Internasional Uber akan Melantai di Bursa, Ini Harga Sahamnya

Uber akan Melantai di Bursa, Ini Harga Sahamnya

San Fransisco, Gatra.com - Akhirnya Uber akan menjadi perusahan terbuka alias terdaftar di bursa. Meski rencana tersebut sudah muncul sejak tahun lalu.

Uber berencana melakukan penawaran publik perdana (IPO) sebesar US$80-90 Miliar, menurut sumber terdekat sebagaimana yang dilansir dari Bloomberg, Kamis (25/4).

Menurut sumber itu, Uber menawarkan saham seharga US$ 44-50 per lembarnya. "Uber bertujuan untuk mengumpulkan dana sebesar US$ 8-10 miliar melalui pencatatan bursa (listing), namun keputusan final mengenai detil harga masih dapat berubah," ungkap sumber tersebut.

Batas bawah penawaran Uber hanya sedikit di atas suntikan dana dari Toyota Motor Corp sebesar US$ 76 miliar. "Uber mengambil pendekatan konservatif dalam melakukan valuasinya dan mungkin akan meningkatkan harga tergantung permintaan investor," ujarnya.

Tahun lalu, bankir yang berebut terlibat dalam penawaran perdana mengatakan bahwa Uber memiliki nilai sebesar US$ 120 miliar.

Uber akan menetapkan ketentuan IPO pada Jumat (26/4) sebelum melakukan road show ke pasar untuk menjaring investor potensial. Morgan Stanley, Goldman Sachs Group Inc., dan Bank of America Corp memimpin penawaran perdana Uber.

Uber bergabung dengan kawanan perusahaan teknologi yang menawarkan sahamnya ke publik. Pinterest dan Zoom Video Communications Inc. sudah memulai perdagangan bulan ini. Perusahaan start up teknologi lain yang akan go public adalah Slack Technologies Inc., Postmates Inc., Palantir Technologies Inc. dan Airbnb Inc.

Dalam pengajuan IPO, Uber melaporkan kerugian operasional sebesar US$ 3 miliar pada tahun 2018, menambah total kerugian sebesar US$ 10 miliar selama 3 tahun terakhir.

Menurut sumber internal, perusahaan yang bermarkas di San Fransisco tersebut menawarkan diri kepada investor sebagai pemimpin platform transportasi global serta membangun dan memasok segala kebutuhan mulai dari sepeda, skuter (sepeda motor), hingga pengiriman barang dan makanan.


Reporter: Syah Deva Ammurabi/Bloomberg

Editor: Hendry Roris Sianturi