Aleppo, Gatra.com - Tubuh bayi laki-laki berusia tiga tahun, Malak Kasas dan dua tetangganya masih berada di bawah tumpukan puing di desa Kalasa, Aleppo, lebih dari dua tahun setelah pemerintah Suriah merebut kembali daerah itu.
Diwartakan Reuters, kakek Malak, Omar, dan pamannya, Mahmoud, tinggal di gedung yang berseberangan dari lokasi tersebut. Ketika mereka berdiri di balkon, mereka melihat bangunan yang runtuh itu. Setiap kali Omar menyebut namanya, dia menangis tersedu-sedu.
Suriah dianggap gagal untuk membereskan mayat yang masih menumpuk di balik puing-puing Aleppo Timur. Daerah itu sendiri sempat dikuasai oleh pasukan pemberontak yang diketahui sudah berkonflik selama 8 tahun. Sementara bagian barat kota tetap berada di tangan pemerintah selama pertempuran.
Baca Juga: Konflik Suriah Tak Halangi Pemilu 2019
Pihak oposisi menuduh Presiden Bashar Al-Assad menahan layanan dari distrik di lokasi tempat terjadinya pemberontakan terhadapnya itu. Pemerintah disebut hanya mengeluarkan usaha sedikit untuk memperbaiki kondisi di Kalasa.
Pemerintah juga disalahkan atas pemulihan yang lambat, masih banyaknya kekurangan dan kesulitan perang, serta adanya sanksi dari negara Barat. Namun mereka membantah memperlakukan daerah yang direbut kembali secara berbeda dibandingkan dengan yang tetap di bawah kendali selama perang dan mengatakan pihaknya berupaya mengembalikan pelayanan normal ke semua wilayah.
Konflik ini telah menewaskan setengah juta orang. Juga menewaskan setengah dari 22 juta populasi Suriah, sebelum akhirnya perang berlanjut. Pantauan Reuters di lapangan, terdengar suara bom selama beberapa malam di Aleppo dari garis depan terdekat baru-baru ini.
Baca Juga: Polisi Bekuk 8 Tersangka Kasus Perdagangan Manusia Jaringan Timur Tengah
Pada akhir 2016 di Kalasa terlihat tidak adanya pembangunan di area perumahan yang rusak akibat perang. Layanan negara juga dilaporkan sangat minim. Pekerjaan merenovasi bangunan yang rusak itu hampir seluruhnya dilakukan dan dibayar oleh penduduk setempat, kata penduduk.
Kalasa juga tidak mendapatkan pasokan listrik negara. Sementara itu, pihak yang membagikan makanan kepada orang-orang yang kelaparan di kawasan tersebut justru datang dari badan amal. Tak berhenti sampai di situ, bahan bakar di tempat lain dari Suriah, juga dilaporkan menipis hingga menyebabkan antrean panjang di pom bensin dan orang-orang yang kehabisan itu mengandalkan kayu bakar untuk menyalakan api.
Baca Juga: Trump Tetapkan Pasukan Revolusioner Iran Sebagai Organisasi Teroris
Beberapa bangunan yang rusak di Kalasa baru-baru ini runtuh. Puing-puing bangunan itu jatuh lalu menewaskan seorang pria pada tahun lalu. Selain itu, banyak tumpukan puing-puing di daerah di mana anak-anak bermain di jalan dan ditutupi dengan sampah yang bau, tikus mati, dan lalat berkerumun.
Potret Kalasa bukanlah hal yang aneh untuk Aleppo Timur. Distrik lain yang dikunjungi Reuters menunjukkan kondisi yang sama buruk atau lebih buruk. Bagian barat kota mengalami kerusakan lebih sedikit karena pemberontak tidak memiliki kekuatan udara. Di kota-kota lain, juga tidak ada laporan pembangunan kembali atas kerusakan tersebut.