Solo, Gatra.com – Aktivis yang tergabung dalam koalisi Dog Meat Free Indonesia (DMFI) menggelar aksi untuk mendesak Pemerintah Kota Surakarta untuk menghentikan perdagangan daging anjing di Solo. Pasalnya, Solo menjadi kota dengan konsumsi daging anjing terbesar di Pulau Jawa.
Para aktivis sudah berkumpul di halaman Balaikota Surakarta sejak pukul 10.00 WIB pagi. Mereka membawa spanduk dan poster yang bertuliskan menolak konsumsi daging anjing. Beberapa lainnya membawa spanduk bergambar anjing yang diperlakukan brutal dan akhirnya disembelih.
Aksi di depan Balaikota Surakarta berlangsung selama dua jam tanpa orasi. Setelah aksi di depan halaman Balaikota Surakarta mereka kemudian melakukan audiensi dengan Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan serta Kepala Dinas Perdagangan.
Koordinator aksi DMFI Angelina Pane menyatakan, telah melakukan investigasi selama beberapa waktu. Dari hasil investigasi, Solo menjadi kota dengan tingkat konsumsi paling besar di Pulau Jawa. Namun, sayangnya suplai dari Kota Solo tidak mencukupi, sehingga harus mendatangkan anjing dari luar Jawa Tengah seperti Jawa Barat dan Jawa Timur.
”Padahal kondisinya di Jawa Tengah sudah bebas rabies, namun pemasok dari Jawa Barat yang notabene belum menjadi provinsi bebas rabies,” ucapnya.
Dari data DMFI sendiri, total konsumsi di Solo sendiri mencapai 13.700 ekor anjing selama sebulan. Jumlah ini mencukupi untuk 82 warung di Kota Solo yang membutuhkan rata-rata lima anjing untuk dimasak.
”Selama ini anjing yang dikonsumsi ini tidak disembelih dengan layak tapi dibunuh secara brutal,” ucapnya.
Sementara itu, Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Surakarta Weny Ekayanti mengakui di Solo belum ada peraturan yang jelas mengenai perdagangan daging anjing. Sehingga Pemkot Surakarta belum bisa melarang penjual ataupun masyarakat untuk mengonsumsi daging anjing.
”Tapi bukan berarti kami tidak melakukan proteksi. Kami tetap melakukan pengawasan dan pemantauan, khususnya mengenai pencegahan dan penularan penyakit rabies,” katanya.