Vladivostok, Gatra.com - Presiden Rusia Vladimir Putin dan Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un telah melakukan pembicaraan yang memecah kebuntuan atas program nuklir Pyongyang. Keduanya bertemu di Timur Jauh Rusia untuk pertemuan perdana mereka. Kim mencari dukungan dalam kebuntuan nuklirnya dengan Amerika Serikat.
Pertemuan pertama antara Putin dan Kim di Vladivostok berlangsung selama dua jam, hampir dua kali lebih lama dari waktu yang diharapkan.
Dalam konferensi pers setelah sesi pertama pembicaraan di Pulau Russky di seberang jembatan dari Vladivostok itu, Putin mengatakan dia dan Kim bertukar pendapat tentang apa yang harus dilakukan untuk memperbaiki situasi.
"Kami berbicara, tentu saja, tentang situasi di semenanjung Korea, kami bertukar pandangan tentang bagaimana dan apa yang bisa kami lakukan sehingga ada prospek yang baik untuk perbaikan situasi," kata Putin seperti dilansir dari Aljazeera, Kamis (25/4).
Kim mencatat bahwa mereka telah membahas cara penyelesaian damai dan menemukan kompromi yang memuaskan. Laporan Aljzeera menyebut Kim sedang mencari dukungan Rusia dalam melonggarkan sanksi yang dijatuhkan pada Pyongyang atas program nuklirnya, sementara Putin ingin menempatkan Moskow sebagai pemain di episentrum global lainnya.
Persoalan lain yang menjadi kekhawatiran utama Kim ialah persoalan buruh Korea Utara di Rusia, serta kekurangan pangan di negaranya. Sekitar 10.000 buruh Korea Utara masih dipekerjakan di Rusia, dan mereka semua harus meninggalkan negara itu pada akhir tahun karena pemberlakuan sanksi dari resolusi PBB tahun 2017. Sebelumnya jumlah buruh bahkan mencapai 50 ribu orang, dan memberi Pyongyang lebih dari US$500 juta cadangan devisa tiap tahunnya.
Direktur Jenderal Institute of Regional Issues, Dmitry Zhuravlev menyebut pasca pertemuan tersebut jumlahnya kemungkinan akan berhenti berkurang.
“Kehadiran pekerja sangat penting di provinsi-provinsi yang berpenduduk sedikit di Rusia yang memiliki banyak tanah tidak subur yang tidak terpakai, kayu dan sumber daya alam. Artinya, cukup besar dan ada cukup ruang untuk Korea Utara," tambah Zhuravlev.
Selain itu, Kim juga melihat kemungkinan kekurangan cadangan makanan di Korea Utara pada musim panas ini, dan Rusia telah menunjukkan kesediaan untuk memberikan bantuan kemanusiaan. Bulan lalu, Moskow mengumumkan telah mengirim lebih dari 2.000 ton gandum ke pelabuhan Chongjin, Korea Utara.
Sementara bagi Rusia, pertemuan ini adalah kesempatan untuk mendorong agenda Rusia menentang pengaruh internasional AS.
"Mereka dengan tidak sengaja menginjak norma dan prinsip-prinsip hukum internasional, melakukan pemerasan, sanksi dan tekanan, dan mencoba untuk memaksakan nilai-nilai mereka dan cita-cita yang meragukan di seluruh negara dan populasi," kata Putin kepada media dari Cina.
Pertemuan di Vladivostok kali ini berlangsung setelah undangan berulang dari Putin sejak Kim memulai serangkaian tawaran diplomatik tahun lalu. Sejak Maret 2018, mantan pemimpin Korea Utara yang tertutup itu telah mengadakan empat pertemuan dengan Presiden Cina Xi Jinping, Presiden Korea Selatan Moon Jae-in, Donald Trump dan Presiden Vietnam Nguyen Phu Trong.