Banda Aceh, Gatra.com - Sejumlah daerah di Provinsi Aceh mengalami kekeringan akibat kemarau berkepanjangan yang melanda sebagian wilayah. Kabupaten Aceh Besar menjadi salah satu daerah yang mengalami kekeringan.
Seperti lokasi pemandian Mata Ie Kecamatan Darul Imarah, Kabupaten Aceh Besar yang mengalami kekeringan sejak sepekan terakhir ini. Padahal, sebelumnya tempat lokasi wisata pemandian ini air tidak pernah kekurangan air dan suasananya pun sangat menyejukkan.
Ada dua kolam pemandian di Mata Ie, tapi tidak satu pun ada airnya. Sementara aliran air yang bersumber dari dalam gua juga mengering dalam sepekan terakhir ini akibat kemarau.
Masyarakat Banda Aceh dan Aceh Besar yang berkunjung ke tempat wisata favorit pemandian Mata Ie menjadi kecewa karena kolamnya kering.
Pantauan wartawan di lokasi, pengunjung yang datang hanya mengabadikan foto lantai tanah kolam yang tandus, pecah-pecah akibat dilanda kemarau.
“Selama puluhan tahun mereka tinggal di Banda Aceh, ini yang ketiga kali kolam Mata Ie mengalami kekeringan total,” kata warga setempat.
Selain sebagai tempat wisata, PDAM juga memnfaatkan air di kolam tersebut untuk dialirkan ke rumah warga. Namun akibat kekeringan ini, tiga Kecamatan di Aceh Besar mengalami kekurangan air bersih.
Kepala Bagian (Kabag) Teknis dan Produksi PDAM Tirta Montala, Salman mengatakan, kekeringan ini disebabkan karena kurangnya curah hujan di daerah Aceh Besar yang juga bersamaan dengan musim tanam.
“Pengaruhnya mungkin karena bersamaan dengan musim tanam, dan juga curah hujan yang berkurang,” ungkap Salman kepada wartawan di Banda Aceh, Rabu (24/4).
Menurut dia, kolam pemandian di Mata Ie bersumber air dari pegunungan dan sungai bawah tanah. Aliran air sungai itu bersumber dari wilayah Lhoong, Aceh Besar.
Ia juga menyatakan, kekeringan kolam Mata Ie tersebut sudah terjadi ketiga kali terjadi sejak 2017 lalu. Akibatnya, tiga kecamatan di kabupaten itu merasakan dampak dari kekeringan tersebut.
“Karena penyaluran air bersih tidak berjalan maksimal seperti biasanya, sehingga mempengaruhi pasokan air di tiga daerah yaitu Kecamatan Darul Imarah, Peukan Bada dan sebagian Kecamatan Lhoknga,” ungkapnya.
Selain itu, kata dia, kondisi itu juga membuat kapasitas air yang biasanya berproduksi sebanyak 140 liter per detik, sekarang menurun drastis menjadi 60 liter per detiknya.
Menurut dia, kekeringan itu berpengaruh secara signifikan terhadap suplai air. Oleh karena itu pihaknya sedang mencoba alternatif baru yakni dengan mendapatkan suplai dari WTP Siron yang bersumber dari Lambaro dengan mengandalkan air dari Krueng Aceh.
Untuk mengakali air bersih ke rumah warga, jelas dia, pihaknya melakukan sistem bergilir. Air disuplai dari wilayah Lambaro, Aceh Besar. “Saat ini kita mencoba alternatif dari WTP Siron. Karena kondisi di Lamharo sendiri sudah full dari kapasitas terpasang. Yang bisa kita lakukan suplai bergiliran,” pungkasnya.
Reporter: Teuku Dedi