Jakarta, Gatra.com - Pengajar sekolah 'fashion' internasional ESMOD Jakarta, Tatang Khalid Mawardi menyebut peran pemerintah masih kurang dalam merangkul kampusnya. Padahal, peran pemerintah, misalnya di bawah Kementerian Pendidikan atau Kementerian Perindustrian, bisa saja menjalin kerja sama.
"Enggak [bantu]. Selama ini kita jalan sendiri. Mungkin untuk perguruan tinggi yang berafiliasi sama pemerintah, mereka dapat suplai material, teknologi yang lebih. Tapi ESMOD kan enggak. Mungkin dianggapnya sudah mapan," ujarnya sambil tertawa, selepas acara diskusi "#MakeItFeelRight through Sustainable Fashion' di ESMOD Jakarta Fashion Design and Business School, Cipete, Jakarta Selatan, Rabu (24/4).
Tatang menambahkan, selama ini pihaknya hanya meminta mahasiswanya untuk memenuhi kebutuhannya sendiri. "Mereka sejauh ini nyari ke toko kain untuk kebutuhan proyek," terangnya.
Selama ini, lanjut dia, pihak yang menjalin kerja sama dengan kampusnya justru berasal dari perusahaan. Ia mencatat ada dua hingga tiga perusahahan yang mengajak berkolaborasi. "Jadi mereka menyediakan satu tempat untuk kita melakukan penelitian," kata Tatang.
Sebagai informasi, ESMOD berasal dari Paris, Perancis. Selain Jakarta, sekolah ini tersebar di Jerman, Dubai, Rusia, Jepang, Tunisia, dan 10 negara lainnya.
Sekolah ini didirikan pertama kali oleh Alexis Lavigne pada 1841, yang didapuk sebagai sekolah 'fashion' tertua. Hingga 1996, Hartini Hartanto lah yang membawa ESMOD ke Jakarta.
Banyak jebolan ESMOD yang kini menjadi perancang tersohor. Di Indonesia sendiri, desainer kondang seperti Sapto Djojokartiko, Dian Pelangi hingga Dynand Fariz pernah mengenyam pendidikan di kampus tersebut.