Aceh Besar, Gatra.com - Pelaksana Tugas (Plt) Gubernur Aceh Nova Iriansyah mengatakan, produksi gabah di Provinsi Aceh mencapai 2,5 juta ton per tahun dengan jumlah konsumsi per tahun sekitar 1,2 juta ton atau surplus 1,3 juta ton gabah.
“Produksi padi di Aceh dengan surplus 1,3 juta ton tersebut ikut membantu ketersediaan pangan wilayah lain di Nusantara,” ujar Nova pada kegiatan penanaman perdana percontohan cluster padi Indeks Pertanaman (IP) 300 di Kecamatan Indrapuri, Kabupaten Aceh Besar, Provinsi Aceh, Selasa (23/04).
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Aceh, kata dia, Aceh memiliki luas lahan pertanian sawah sebesar 295 ribu hektare dengan jumlah produksi setiap tahunnya sebanyak 2,5 juta ton.
“Dengan jumlah penduduk sebanyak 5,2 juta jiwa, konsumsi gabah Aceh berkisar 1,2 juta ton. Artinya, setiap tahun Aceh surplus gabah sebesar 1,3 juta ton. Surplus ini kami kontribusikan untuk memenuhi ketersediaan pangan di wilayah lain di Indonesia,” terangnya.
Keberhasilan surplus ini, jelas Nova, merupakan prestasi yang patut diapresiasi. Namun Nova mengingatkan agar para pemangku kebijakan terkait tidak berpuas diri, karena jika tidak segera di antisipasi, maka angka konversi lahan di Aceh akan berimbas pada menurunnya produksi gabah Aceh di masa mendatang.
Untuk itu, penurunan luas lahan sawah di Aceh harus diantisipasi sejak dini, agar status Aceh sebagai lumbung pangan nasional tetap dapat dipertahankan.
Untuk mengatasi masalah tersebut, kata Nova, Pemerintah Aceh bekerja sama dengan kelompok tani dan sejumlah lembaga lainnya melakukan pemberdayaan dan pelatihan petani agar produktivitas sawah yang saat ini rata-rata 5,4 ton per hektar meningkat menjadi 5,5 ton per hektar.
“Salah satu pemberdayaan yang kita lakukan adalah melalui pemanfaatan alat pertanian yang dipadu dengan industri pengolahan berbasis siber-fisik atau 4.0. Proyek percontohan ini kita sebut Cluster Padi IP 300, dengan areal uji coba di atas lahan seluas 500 hektar,” paparnya.
Program cluster Padi IP 300 yang dilaksanakan di kabupaten Aceh Besar ini, jelas Nova, merupakan kegiatan perdana, yang dikelola oleh kelembagaan ekonomi petani dengan dukungan teknologi budidaya dan sarana produksi, mekanisasi dan industri pengolahan sebagai upaya menumbuhkan minat petani milenial. Sedangkan sumber dananya didukung dari dana APBA dan APBN dengan melibatkan 1.876 KK petani.
“Kami optimis, modernisasi dan penggunaan alsintan bukan hanya mempermudah dan mempercepat pengolahan tanah dan penanaman tetapi juga memantik semangat kaum millenial untuk terjun ke dunia pertanian,” tambah Nova.
Selain pertanian sawah, sebut Nova, Pemerintah Aceh selama ini juga fokus membangun sektor perkebunan. “Salah satu langkah yang telah dilakukan adalah mendukung upaya petani untuk melakukan peremajaan lahan sawit yang sudah tua, perluasan areal tanaman kopi Arabica Gayo serta pengembangan pala Aceh Selatan dan Aceh Barat Daya,” jelas dia.
Dikatakannya, sepanjang tahun ini, petani Aceh berhasil melakukan replanting di atas lahan seluas 3.009 hektar atau setara dengan Rp75 miliar. “Kami menargetkan program replanting ini dapat dilakukan di atas lahan seluas 15.259 hektar,” pungkasnya.
Reporter: Teuku Dedi