Home Teknologi Berkolaborasi Atasi Blankspot Internet di Desa-desa

Berkolaborasi Atasi Blankspot Internet di Desa-desa

Wonogiri, Gatra.com – Sekitar 15 ribu desa disebut memiliki akses internet buruk, bahkan belum terjangkau internet sama sekali sehingga menjadi daerah blankspot. Kolaorasi pemerintah dan swasta diperlukan untuk mewujudkan Indonesia merdeka internet pada 2020.

Sinyal telepon seluler dari dua provider besar di Indonesia seketika hilang saat memasuki Desa Tlogoharjo, Kecamatan Giritontro, Kabupaten Wonogiri. Desa ini berada 45 kilometer di selatan pusat Kabupaten Wonogiri dengan jalur dan medan naik turun.

Desa berpenduduk sekitar 2400 jiwa ini berada di antara perbukitan. Sejumlah warga bercerita harus mencari tempat tinggi atau naik nukit untuk bisa menelpon atau mengirim pesan singkat atau SMS dengan telepon selulernya.

Untuk tersambung dengan internet, mereka harus bergeser sekitar 14 kilometer ke daerah Punung, Pacitan, yang masuk wilayah Jawa Timur.

Kepala Desa Tlogoharjo Suwarno bahkan mengatakan komunikasi pribadinya dengan dua anak dan dua cucunya di Jakarta sering kali terkendala.

Belum lagi urusan layanan masyarakat dan laporan ke instansi pemerintah secara onlineyang tentu saja mengharuskan adanya koneksi internet. “Dampak ada tidaknya internet bagi warga sungguh terasa,” ujar Suwarno di Balai Desa Giritontro, Selasa (23/4) .

Pemerintah, melalui Kementerian Komunikasi dan Informasi, memang telah berkomitmen mengatasi kesenjangan internet. Pemerintah menyiapkan satelit Palapa Ring, yang dikenal sebagai ‘tol langit’, untuk menghubungkan seluruh Nusantara dan membuat Indonesiamerdeka internet pada 2020.

Teknologi ini demi menjaga keutuhan bangsa. Mengingat, berdasar hitung-hitungan bisnis, sejumlah operator swasta enggan membangun jaringan di daerah terpencil.

"Kesenjangan akses internet harus kita atasi,” kata Menteri Komunikasi dan Informasi Rudiantara di Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, akhir Maret lalu.

Sebelum sinyal ponsel dan internet yang difasilitasi pemerintah masuk, selama empat bulan ini warga desa Giritontro mengandalkan jaringan yang disediakan Net1, metamorfosis perusahaan produsen CDMA Ceria.

Dengan mengandalkan frekuensi 450 MHz, BTS Net1 yang berada 30 kilometer dari desa ini disebut mampu memberi layanan internet hingga sejauh 100 kilometer. Untuk menerima sinyal, warga harus menyediakan perangkat router seharga Rp499 ribu, memperkuatnya dengan antena, dan mengisi pulsa dari produk tersebut.

Warga lokal pun digandeng sebagai mitra untuk mengenalkan layanan ini. “Sambil berjualan sayur keliling, saya jualan modem. Jadi bukan cuma dapat untung, saya juga bisa bantu orang sini dapat internet,” ujar Utomo, 60 tahun, warga Tlogoharjo yang memasarkan produk Net1 selama empat bulan ini.

Kades Warno pun merasa ikut terbantu. “Layanan warga dan laporan vertikal pun lancar. Sinyal internet ini sangat membantu masyarakat,” ujarnya.

CEO Net1 Larry Ridwan menjelaskan masuknya Net1 ke desa-desa di daerah 3T atau tertinggal, terdepan, dan terluar ini sejalan dengan perhatian pemerintah supaya warga setempat mendapat akses internet yang sama dengan wilayah kota.

Apalagi, menurut Larry, ada sekitar 15 ribu desa punya akses internet buruk dan tanpa layanan internet sama sekali. Jumlah itu separuh dari jumlah desa tertinggal seperti dicatat pemerintah.

“Tujuan kami untuk membuka mata bahwa daerah di Jawa, seperti Daerah Istimewa Yogyakarta dan Jawa Tengah, saja masih banyak desa yang tanpa sinyal internet, apalagi di luar Jawa,” tutur Larry saat menyambangi Desa Giritontro, Selasa (23/4).

Untuk itu, Larry mengatakan siap membantu pemerintah dalam program Indonesia merdeka internet 2020 terwujud. Antara lain dengan terus membangun infrastruktur telekomunikasi di desa, termasuk mendirikan satu BTS lagi di Giritontro. “Kami siap berkolaborasi agar agenda pemerintah terjadi dengan baik,”ujarnya.

Larry percaya akses ke dunia maya mampu mendongkrak ekonomi. Bukan hanya taraf hidup warga sebagai mitra penyedia teknologi Net1 yang kini telah berjumlah 2000 mitra senasional, melainkan juga mampu mengembangkan desa.

“Internet bisa digunakan untuk mengangkat potensi desa, seperti hasil tani di sini, jagung dan kacang tanah, juga pariwisata, bisa diekspose,” kata dia.

 

2017