Aceh Besar, Gatra.com – Plt Gubernur Aceh Nova Iriansyah menyatakan, penurunan luas lahan sawah di Aceh harus segera diantisipasi sejak dini, agar status Aceh sebagai lumbung pangan nasional tetap dapat dipertahankan.
“Tingginya tingkat alih fungsi lahan mengharuskan Pemerintah Aceh berinovasi untuk memformulasikan kebijakan baru untuk mempertahankan luas areal sawah yang ada,” kata Nova di Aceh Besar.
Hal tersebut disampaikannya pada kegiatan penanaman perdana percontohan cluster padi Indeks Pertanaman (IP) 300 di Kecamatan Indrapuri, Kabupaten Aceh Besar, Provinsi Aceh, Selasa (23/04).
Menurut dia, jika tidak segera di antisipasi, maka angka konversi lahan di Aceh akan berimbas pada menurunnya produksi gabah Aceh di masa mendatang.
“Tingginya tingkat konversi lahan sawah menjadi kawasan permukiman, terus terang membuat kami khawatir produksi gabah Aceh akan menurun pada tahun-tahun mendatang,” paparnya.
Apalagi, kata dia, dari data Kementerian Agraria/Badan Pertanahan Nasional menyebutkan, luas sawah di Aceh mengalami penurunan dalam dua tahun terakhir menjadi 193 ribu hektar. “Oleh karena itu, kondisi ini harus segera diantisipasi,” ungkap Nova.
Selama ini, sebut Nova, Pemerintah Aceh bekerjasama dengan kelompok tani dan sejumlah lembaga lainnya telah menyiapkan program cetak sawah baru.
Selain itu juga melakukan pemberdayaan dan pelatihan petani ditingkatkan agar produktivitas sawah yang saat ini rata-rata 5,4 ton per hektar meningkat menjadi 5,5 ton per hektar.
“Salah satu pemberdayaan yang kita lakukan adalah melalui pemanfaatan alat pertanian yang dipadu dengan industri pengolahan berbasis siber-fisik atau 4.0. Proyek percontohan ini kita sebut Cluster Padi IP 300, dengan areal uji coba di atas lahan seluas 500 hektar,” terang Plt Gubernur.
Plt Gubernur Nova juga berharap agar Kementerian Pertanian mendukung program pencetakan lahan sawah baru di Aceh agar ekstensifikasi pertanian sawah berjalan lancar.
Program cluster Padi IP 300 yang dilaksanakan di kabupaten Aceh Besar ini, merupakan kegiatan perdana, yang dikelola oleh kelembagaan ekonomi petani dengan dukungan teknologi budidaya dan sarana produksi, mekanisasi dan industri pengolahan sebagai upaya menumbuhkan minat petani milenial, yang pendanaannya didukung dari sumber dana APBA dan APBN dengan melibatkan 1.876 orang petani.
“Kami optimis, modernisasi dan penggunaan alsintan bukan hanya mempermudah dan mempercepat pengolahan tanah dan penanaman tetapi juga memantik semangat kaum milenial untuk terjun ke dunia pertanian,” paparnya.
Karena itu, kami optimis kegiatan ini akan berjalan sukses, sehingga pada tahun berikutnya, program ini dapat diperluas di wilayah lain,” terang Plt Gubernur.
Reporter: Teuku Dedi