Jayapura, Gatra.com – Tiga distrik di Kabupaten Intan Jaya belum melaksanakan pemilu sampai saat ini. Berbagai masalah terjadi di Intan Jaya, salah satu kabupaten yang terletak di pegunungan tengah Papua yang menggunakan sistem noken dalam pemilu tahun ini.
Salah satu alasan belum dilakukan pemilu, mulai dari kepala kampung dan kepala distrik yang menguasai kotak suara, hingga surat suara dan TPS yang dirusak oleh salah satu caleg.
Ketiga distrik itu adalah Distrik Tomosiga dan Biandoga yang belum diketahui informasi sampai saat ini karena masalah jaringan. Lalu distrik lainnya adalah Distrik Wandei yang belum melaksanakan pemungutan suara ulang (PSU), karena menunggu kesiapan KPU setempat.
Data dari Bawaslu setempat, Distrik Wandei pada pemilu serentak 17 April, terjadi pengerusakan TPS dan surat suara yang diduga dilakukan oleh massa dari salah satu caleg.
Komisioner Bawaslu Papua, Ronald Manoach membenarkan kisruh di Intan Jaya dan harus segera diselesaikan. Untuk itu, dirinya akan mewakili Bawaslu Provinsi Papua dan Melki Kambu dari KPU Papua akan melakukan supervisi ke Intan Jaya esok hari untuk menuntaskan masalah ini.
“Saya akan ke Intan jaya besok, karena sinyal telepon buruk, sehingga segalanya harus diselesaikan langsung di lokasi,” ujarnya, Senin (22/4).
Walau begitu, Bawaslu Papua telah memprediksi bahwa kabupaten yang menggunakan sistem noken, rawan akan gangguan konflik dari partai politik dan caleg. Baik itu caleg di internal partai ataupun caleg dari masing-masing kampung yang mencalonkan diri.
“Puncak konflik akan terjadi pada proses penghitungan suara di tingkat distrik atau kabupaten. Ini harus diantisipasi,” ujarnya, Senin (22/4).
Pada pemilu tahun ini, sebanyak 12 kabupaten dari 16 kabupaten menggunakan sistem noken. Bawaslu setempat mengklaim kekisruhan pemilu akan banyak terjadi pada kabupaten yang menggunakan sistem noken.
“Pola pelanggaran pemilu yang dilakukan pun lebih frontal dan ini harus diwaspadai semua pihak, petugas di lapangan dan juga perlu kerjasama semua pihak, penyelenggara pemilu hingga aparat keamanan,” ucapnya.
Reporter: Katharina Lita
Editor: Bernadetta Febriana