Kupang, Gatra.com - Gubernur Nusa Tenggara Timur (NTT) Viktor Bungtilu Laiskodat meminta agar masyarakat bekerja sama mengembalikan nama besar Kecamatan Amarasi sebagai lumbung pangan terbesar di Kabupaten Kupang.
Hal ini ditegaskan gubernur saat melakukan peletakan batu pertama pembangunan Gereja Lahairoi Tubu, di Desa Tesbatan, Kecamatan Amarasi, Kabupaten Kupang, Senin (21/4).
Menurut Viktor, dulu sebelum pemekaran,Amarasi memiliki seorang camat yang sangat luar biasa, namanya Feky Koroh. Dia mampu membuat Amarasi sangat diperhitungkan di NTT, mulai dari pertanian, perkebunan bahkan peternakannya.
“Saya minta agar kita bersama mengembalikan kejayaan Amarasi. Saya tidak mau, kerja saya kalah dari seorang camat. Oleh karena itu, saya minta agar pola pikir dan pola kerja kita tidak boleh biasa-biasa saja. Kebiasaan lama harus segera ditinggalkan. Berpikir out off the box bekerja, bekerja dan bekerja luar biasa," tegas Viktor.
Selain minta agar mengembalikan kejayaan Amarasi sebagai lumbung pangan, Gubernur Viktor juga meminta agar kembali membudidayakan tanaman marungga atau yang lebih populer sebagai kelor.
"Tanaman ini sudah dikenal sejak dulu kala, karena khasiatnya yang luar biasa. Amarasi adalah daerah tropis dan itu akan sangat cocok. Selain untuk dikonsumsi dan dipasarkan, tanaman marungga dapat kita olah menjadi bahan dasar untuk membuat sabun dan shampo," kata Viktor.
Karena menurut penelitian kata Viktor, rata-rata dalam satu tahun orang NTT menghabiskan kurang lebih tiga triliun rupiah, hanya untuk pemakaian sabun dan shampo.
“Saya akan terus berupaya agar dalam waktu yang tidak terlalu lama, NTT mampu memproduksi sabun dan shampo sendiri dengan bahan dasarnya dari marungga. Selain membanggakan, juga mampu meningkatkan PAD kita," sambung mantan anggota DPR RI dari Fraksi Partai NasDem ini.
Selain marungga, Viktor juga meminta agar warga NTT termasuk di Amarasi harus menanam pinang. Ini karena orang NTT adalah pemakan pinang nomor satu di Indonesia. Namun, selama ini pinang yang dikonsumsi itu kurang lebih 60 persennya datang dari Sumatra Barat.
“Saya sangat menyayangkan karena provinsi kita yang sudah miskin ini menyumbang ke daerah lain hanya untuk mengonsumsi barang yang sebenarnya kita mampu adakan. Malu dong, potensi alam kita cocok untuk tanaman pinang. Kita tidak tanam tetapi beli dari Provinsi lain. Memalukan,” katanya.
Acara peletakan batu pertama pembangunan gereja Gereja Lahairoi Tubu dihadiri oleh Bupati dan Wakil Bupati Kupang, Rektor Undana, Kepala Biro Humas dan Protokol NTT ini diawali dengan kebaktian bersama yang dipimpin oleh Ketua Majelis Klasis Amarasi Timur, Pdt.Yakob E. Niap,S.Th.
Menariknya selain lantunan lagu-lagu merdu dari Paduan Suara Alleluya Choir dan Solo dari PAR Gereja Lahairoi, pengisi liturginya juga berasal dari Remaja Masjid Nuruljihad Tesbatan. Mereka menampilkan permainan alat musik rebana.
Antonius Un Taolin