Semarang, Gatra.com - Budayawan Emha Ainun Najib menyerukan masyarakat untuk menjaga persatuan dan kesatuan bangsa setelah melihat gejala memanasnya situasi seusai pemilihan presiden (pilpres).
Menurut Cak Nun, sapaan akrab Emha, sekarang rakyat sedang diuji dengan tingkat kesulitan yang tinggi seusai pilpres. Polarisasi di masyarakat terjadi dan menyebar karena perbedaan dalam pilihan presiden membuat situasi menjadi tidak nyaman.
"Namun, alhamdulilah, di Semarang situasi tidak seperti yang kita bayangkan. Masih tetap rukun dan adem-ayem," kata Cak Nun saat menyampaikan tausiah Dalam acara "Ngaji Budaya Bersama Cak Nun dan Gamelan Kiai Kanjeng" di pelataran Sam Poo Kong, Jalan Simongan 129, Bongsari Semarang, Kamis malam (18/4).
Ratusan orang mengikuti acara yang mengangkat tema "Peran Kebudayaan Nusantara sebagai Penggerak Terciptanya Persatuan Nasional. Beberapa pejabat yang menghadiri acara itu antara lain Kombes Pol Suparyono (mewakili Kapolda Jateng), Kolonel Bambang (mewakili Pangdam IV Diponegoro), Trijoto (Asisten 1 Sekda Pemerintah Kota Semarang, yang mewakili Hendrar Prihadi), serta Pembina Yayasan Klenteng Sam Poo Kong, Mulyadi S.
Cak Nun mengharapkan perbedaan dalam pemilihan presiden janganlah merembet dalam kehidupan berbangsa. Menurutnya perbedaan itu adalah hal biasa, sehingga jangan sampai terbawa emosi hingga memecah belah persatuan bangsa.
“Saat ini kita menghadapi kesulitan. Rakyat diuji dengan semakin tinggi kesulitannya, jangan sampai terpecah belah. Jika rakyatnya kuat, negara juga kuat. Boleh beda budaya dan etnisnya, tapi harus sama Indonesia-nya,” katanya.
Cak Nun menyampaikan, di dunia ini yang bisa salah hanya ada dua, yaitu manusia dan jin, dan yang salah tersebut ialah perilaku manusia itu sendiri. “Jangan menyalahkan orang karena Islam-nya, Konghucu-nya, Kristen-nya, dan lain-lain. Kita wajib saling menghargai, rukun terhadap sesama apa pun identitas dan etnisnya,” kata suami Novia Kolopaking ini.
Untuk lebih memeriahkan suasana, Cak Nun juga mengajak beberapa jemaah naik ke panggung untuk mempraktikkan permainan zaman dahulu, yaitu dolanan lepetan yang di dalamnya terdapat pesan luhur seperti kerja sama, rela berkorban, dan tolong-menolong.