Home Politik Syafii Maarif: Pemenang Pilpres Harus Kita Terima, Yang Kalah Harus Legowo

Syafii Maarif: Pemenang Pilpres Harus Kita Terima, Yang Kalah Harus Legowo

Sleman, Gatra.com - Ulama sekaligus mantan Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Ahmad Syafii Maarif meminta semua pihak menerima hasil pemilu dan keputusan Komisi Pemilihan Umum pada 22 Mei 2019, terutama bagi calon presiden dan pendukungnya.

Capres yang menang harus diterima semua pihak, capres yang kalah juga harus menerima kekalahannya. "Siapapun yang menang kita terima, yang kalah legowo," ujar Buya Syafii, panggilan akrabnya, saat menggelar jumpa pers di teras Masjid Nogotirto, Gamping, Sleman, usai salat Jumat, Jumat (19/4).

Sikap itu harus dipegang oleh setiap capres dan pendukungnya demi persatuan dan perdamaian bangsa. "Sehingga bangsa ini utuh, bersatu, dan mencapai tujuan tegaknya keadilan," katanya.

Menurut Buya, pemenang pilpres mesti menunggu hasil dari KPU. "Tidak perlu klaim menang atau kalah, kita tunggu prosesnya meki ada hitung epat," ujarnya.

Buya pun berterima kasih kepada KPU, Bawaslu, TNI, dan Polri yang telah menggelar dan menjaga pemilu berjalan baik, aman, dan damai. Ia pun mengucapkan selamat kepada pemerintah, kontestan, dan rakyat yang telah menjalani proses demokrasi ini.

"Pemilu ini luar biasa, berlangsung di kepulauan-kepulauan yang tak mudah dijangkau. Harus naik perahu, kapal, pesawat kecil. Sedikit gangguan alam, itu masalah kecil. Hasil ini harus kita syukuri," papar anggota Dewan Pengarah Badan Pembinaan Ideologi Pancasila ini.

Buya mengatakan, jika muncul sengketa pemilu, hal itu bisa diselesaikan di jalur hukum. "Jangan di luar hukum. Kita punya Mahkamah Konstitusi, jangan di luar itu," katanya.

Hitung cepat lembaga survei menempatkan pasangan capres-cawapres Joko Widodo-Ma'ruf Amin di kisaran 55% suara berbanding dengan Prabowo Subianto-Sandiaga Uno di angka 45%.

Namun Prabowo-Sandi menolak hasil itu dan mengklaim kemenangannya. Atas hal ini, Buya mengatakan klaim hasil itu sesuatu yang tidak resmi

"Itu bersifat swasta. Tidak perlu didengar, biar saja. Kita tunggu hasil KPU 22 Mei. Jangan kita berspekulasi," katanya.

Demikian juga jika ada yang mengklaim kemenangan dengan membawa simbol agama Islam seperti melakukan sujud syukur beramai-ramai--seperti yang digelar pendukung Prabowo-Sandi, Jumat siang.

"Biar saja, hormati saja, (klaim) itu enggak usah didengar," kata Buya kepada Gatra.com usai jumpa pers.

Buya pun menganggap ajakan pendukung Prabowo-Sandi untuk menggalang people power sebagai langkah di luar hukum. "Itu imbauan swasta (tidak resmi). Tak usah didengar. Itu di luar konstitusi," kata dia.

 

197