Jakarta, Gatra.com - Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA menilai perkawinan antara pemilihan legislatif (pileg) dan pemilihan presiden (pilpres) secara serentak memunculkan permasalahan.
"Kita melihat apa yang terjadi jika pileg digabung dengan pemilu presiden, yang sekarang ini untuk pertama kalinya, yang terjadi adalah pileg menjadi anak tiri. Kita lihat 70% percakapan publik tentang Pilpres. Sedangkan pileg yang anak tiri hanya mendapat porsi 30%," ujar Denny JA dalam konferensi pers hasil quick count pemilihan legislatif 2019 di kantor LSI, Jakarta, Kamis siang (18/4).
Ia juga menyinggung jauhnya perbedaan golput antara pemilihan legislatif dan pemilihan presiden. Berdasarkan data quick count lembaga survei miliknya, golput pileg berada pada angka 30,05%. Sedangkan pilpres golputnya hanya sebesar 19,27%.
"Lihat, bahwa mereka yang datang ke TPS itu begitu fokus untuk mencoblos presiden. Tapi 10% dari mereka tidak mencoblos partai politik. Ada pula mereka mencoblos tidak dengan fokus, jadi surat suara mereka tidak sah," katanya.
Denny menilai fenomena ini adalah hal yang tidak sehat sebab menurutnya fungsi legislatif sama pentingnya dengan fungsi eksekutif. Namun ketika pemilu dilakukan bersamaan justru membuat pileg segera menjadi anak tiri. "Pemilu legislatif tidak mendapatkan porsi yang semestinya, yang membuat kita lebih punya waktu mengelaborasi partai dan caleg-caleg," ujarnya.
Reporter: HAF
Editor: Flora L.Y. Barus