Jakarta, Gatra.com - Penyanyi rap Ignatius Rosoinaya Penyami yang karib disapa Igor Saykoji, turut memberikan hak suaranya di Pemilu 2019.
Ditemui Gatra.com bersama istri dan putranya, ia menjelaskan pentingnya berpartisipasi dengan mencoblos jajaran calon wakil rakyat di Pemilu 2019, terutama untuk kaum milenial yang jumlahnya cukup membludak saat ini.
Ia beranggapan, menggunakan hak suara adalah bagian penting dalam hidup bernegara. Baginya, ini merupakan proses demokrasi.
"Kalau kita hidup di negara demokrasi penting untuk pakai suara kita. Kalau kita enggak pakai, gimana kita bisa tahu demokrasi ini berjalan dengan baik," ucapnya setelah mencoblos di TPS 092, SDN Pejaten Barat 06, Jakarta Selatan, Rabu (17/4).
Igor menilai masih banyak milenial khawatir dengan jajaran calon wakil rakyat. Analisis sederhananya mengatakan, milenial itu merasa calon yang dikonteskan belum sempurna atau belum bisa mewakili apa yang mereka rasakan untuk perubahan.
Hal itu, menurut Igor harusnya bisa ditolerir mengingat usia negara Indonesia masih di bawah 100 tahun. Masih ada proses panjang untuk membenahi tatanan pemerintahan.
Ia juga menyebut, bentuk kekhawatiran itu cerminan dari rasa pesimisme. "Kalau sekarang kita aja udah cenderung pesimis, gimana nanti bersaing dengan negara-negara yang demokrasinya sudah lama dibanding kita," ujar ayah dua anak ini.
Lebih lanjut, iapun membandingkan dengan Pemilu di zamannya dahulu, saat usianya masih tergolong milenial. Saat 2009 lalu banyak partai yang lolos dan dikonteskan di Pemilu serentak pertama itu. Namun ia mengaku belum bisa mengupas rekam jejak calon dari partai-partai tersebut.
"Kalau zaman gue lebih muda lagi, katakanlah Pemilu 2009. Partai banyak banget. Walaupun kita udah punya sosmed, kita belum setajam itu mengupas karakter orang-orang yg mau kita pilih. Beda dengan sekarang," terang Igor.
Igor berpendapat zaman sekarang lebih dimudahkan. Meski banyak baliho bersebaran di pinggir jalan, namun milenial bisa menelusurinya lebih lanjut melalui media sosial.
"Bahkan banyak yang bikin website rekam jejak, sehingga kita bisa melihat, orang-orang ini ngapain gitu sebelumnya. Kerjanya benar apa enggak," ujar produser musik ini.
Idealnya, lanjut Igor, dengan tekonologi yang jauh lebih dimudahkan ini milenial bisa mencari tahu lebih lanjut, sehingga paham bagaimana dirinya berperan dalam sebuah demokrasi.
Maka iapun menyayangkan jika ada milenial yang lebih memilih golput daripada mencoblos calon wakil rakyat. "Sayang sekali kalau lo golput dengan alasan enggak 'sreg'. Cari tahu, coba mengerti lebih lanjut, sesimpel itu aja," jelas pria kelahiran Balikpapan ini.
Ia menilai orang yang golput tidak mengerti jika pemilu yang bergulir 5 tahun sekali adalah satu anugerah besar yang bisa dijalankan dalam hidup bernegara. Kendati begitu, ia tak akan menghakimi orang yang memilih untuk golput.
"Tapi bukan berarti gue menghakimi yang golput. Itu keputusan masing-masing. Tapi sayang banget, karena cenderung yang gue lihat banyak pesimisme, bahwa suara lo enggak bakalan berarti. Gimana kita mau ngembangin bangsa ini kalau misalnya kita enggak percaya bahwa kita bisa bawa Indonesia lebih baik," papar Igor.
Kekhawatirannya tak berhenti sampai di situ. Ia juga menyebut orang yang tak berpartisipasi di pesta rakyat ini nantinya bisa jadi generasi nyinyir. "Cuma komentar di media sosial, biar terlihat lebih keren. Padahal bisa lebih dari itu," pungkasnya.