San Fransisco, Gatra.com- Tren pengurangan makan, alias diet, tengah marak digencarkan banyak orang. Cara ini dianggap sebagai jalan pintas untuk menurunkan berat badan tanpa perlu repot.
Pihak yang mempropagandakan diet pun beragam. Mulai dari selebriti Instagram (selebgram), artis Ibu Kota hingga pebisnis sekalipun.
Pemilik Twitter, Jack Dorsey, misalnya. Pada Selasa pekan lalu (9/4), ia membagikan tips kesehatan pribadinya saat wawancara dengan CNBC.
Wawancara yang dikutip Huffington Post menyebut, Dorsey membagikan sedikitnya 11 cara apa yang ia sebut sebagai 'kebiasaan sehat'. Satu di antaranya adalah tak menyantap makanan dalam sepekan.
Dorsey memang sudah terbiasa mempraktikkan 'kebiasaan sehat' itu. Bahkan jika ia benar-benar ingin makan, pria berusia 42 tahun itu hanya makan sekali dalam sepekan. Baca juga: Mengganti Daging Merah dengan Protein Nabati Menurunkan Risiko Penyakit Jantung
Jenis dan pola diet sendiri pun beragam. Dalam tulisan Huffington Post tersebut, satu pola diet yang menjadi pembanding gaya hidup Dorsey adalah puasa intermiten.
Cara populer dalam puasa intermiten adalah dengan melewatkan sarapan, mengonsumsi makanan pada jam 12 siang, dan berhenti makan pada pukul 8 malam. Artinya, orang yang menerapkan pola ini akan berpuasa selama 16 jam dan memberi jeda makan hingga 8 jam dalam sehari.
Selama berpuasa, orang tersebut tak diperbolehkan menyantap beragam makanan. Ia hanya boleh minum, misalnya air putih, teh, kopi atau minuman lain yang tak mengandung kalori. Baca juga: Sama-sama Menambah Energi, Ini Alasan Air Lemon Lebih Baik Dibanding Kopi
Namun tulisan tersebut menjelaskan bahwa pola puasa intermiten tak sebanding dengan pola hidup yang dijalankan oleh Dorsey. Dorsey disebut lebih ketat menjalani diet: asupan makanan yang disantapnya jauh lebih sedikit.
Tentu gaya hidup Dorsey menimbulkan kritik. Pasalnya, pola diet pria yang 'dipecat' New York University itu justru masuk dalam daftar kebiasaan yang mengkhawatirkan dalam dunia kesehatan.
Ahli kelainan makan dan direktur eksekutif Eating Recovery Centre, Austin, Texas, Allison Chase menyebut pembatasan jenis dan waktu makan justru bagian dari gangguan makan. Ia menyebut pelabelan 'perilaku sehat' dalam gaya hidup tersebut justru keliru dan membahayakan. Sebab, gangguan makan itu bukan tak mungkin diikuti oleh banyak orang.
"Hal itu dapat mendorong orang lain untuk mengikutinya. Ini bisa sangat merugikan bagi mereka yang berjuang dalam pemulihan gangguan makan atau menjadi cenderung terkena gangguan makan," kata Chase.
Dalam konteks yang lebih luas, Chase menyoroti bagaimana propaganda 'sehat' itu dibagikan oleh publik figur kepada masyarakat. Ia menegaskan, budaya tersebut baiknya tak boleh dibagikan ke orang lain, meski orang tersebut sudah menganggapnya berhasil.
Chase menuturkan, propaganda tersebut membuat orang lain, terutama pembaca, terpengaruh dan justru mungkin membuat dampak negatif pada tubuh mereka jika tak cocok. "Efek 'positif' yang digembor-gemborkan justru mengganggu mereka yang sedang bangun dari masalah gangguan makan," jelas Chase.
Yang turut dikhawatirkan adalah cara-cara seperti itu masuk dalam klaim kesehatan palsu dalam dunia kesehatan. Baca juga: Penyakit Diabetes Bisa Dicegah, Berikut 5 Tipsnya!
Dorsey memang bukan artis tersohor yang tugasnya menghibur masyarakat, namun kehidupannya sebagai sosok penemu yang hebat, tak luput dari sorotan. Terlebih, miliarder itu memiliki basis massa yang cukup kuat dari perusahaan yang ia bangun.
Hal inilah yang disayangkan oleh Chase. Pengaruh tersebut sangat tidak baik diterapkan pengikutnya, mengingat cara tersebut bisa mengganggu mental dan fisik orang lain.
"Data telah menunjukkan bahwa pembatasan (makan) memiliki dampak negatif baik secara fisiologis dan psikologis. Respons yang paling memprihatinkan adalah makan berlebihan, yang sering memunculkan kekhawatiran fisik dan emosional tambahan dan mengarah pada pola makan yang sangat tidak sehat," kata Chase.
Ia khawatir terhadap tren tersebut. “Segala jenis 'aturan' yang terkait dengan makanan yang memengaruhi kehidupan sehari-hari seseorang dapat tergolong sebagai pola makan tidak teratur," tegasnya lagi.
Reporter: Erlina F. Santika
Editor: Birny Birdieni