
Putrajaya, Gatra.com – Malaysia melakukan negosiasi ulang terkait kesepakatan proyek rel kereta api dengan Cina. Hal ini dilakukan untuk memangkas biaya hingga sepertiga dari biaya total, dan meingkatkan keterlibatan tenaga lokal. Renegosiasi ini juga menunjukkan adanya kemajuan dalam kesepakatan Belt and Road Initiative (BRI) yang diinisiasi Cina dan sudah berumur 6 tahun.
Sebelumnya, kebijakan ini telah dinegosiasikan dan ditandatangani oleh mantan perdana menteri (PM) Malaysia Najib Razak pada 2016. PM Malaysia Mahathir Mohammad mengatakan negosiasi berlarut-larut proyek Jalur Kereta Pantai Timur selama sembilan bulan menghasilkan kerjasama saling menguntungkan bagi Malaysia dan Tiongkok. Hal ini disampaikan dalam konferensi pers, Senin (15/4) yang dilansir dari Al Jazeera.
“Hal ini tidak dapat dibenarkan, pembengkakan harga yang kurang jelas dari spesifikasi teknis, harga, dan pembenaran alasan ekonomi,” ujar Mahathir. Mahathir menambahkan bahwa pihaknya memilih menegosiasikan ulang kesepakatan tersebut untuk memprioritaskan kebutuhan warga Malaysia.
Di bawah perjanjian yang ditandatangani Jumat lalu, jalur kereta sepanjang 640 kilometer, dan 20 stasiun kereta menghabiskan biaya US$16,7 juta/km, dibandingkan dengan US$23,2 juta/km pada perjanjian sebelumnya.
Pelaksanaan proyek yang tertunda tahun lalu akan dilanjutkan Mei mendatang. Pada akhir 2026, proyek tersebut direncanakan akan selesai.
Dalam perjanjian terbaru, Malaysia tidak perlu meminjam uang banyak kepada Tiongkok, sehingga bunga yang dibayar lebih rendah. Pembayaran dilakukan berdasarkan kemajuan kerja. Perusahaan Malaysia akan mendapat saham yang lebih besar terhadap proyek tersebut.
Jalur kereta tersebut menghubungkan kota dari timur laut Malaysia yang berbatasan dengan Thailand hingga Pelabuhan Klang di Selat Malaka.“Lebih penting lagi, perjanjian ini mengutamakan faktor budaya, warisan, dan lingkungan,” ungkap Mahathir.