Home Kesehatan Momok Tahunan Limbah B3 di Kepri

Momok Tahunan Limbah B3 di Kepri

Batam, Gatra.com - Surya Makmur Nasution tak habis pikir kok persoalan pembuangan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) masih saja terus berulang terjadi di Provinsi Kepulauan Riau (Kepri).

Wakil Ketua Komisi III DPRD Kepri bidang pencemaran Laut ini mengatakan, "Bulan lalu Komisi III DPRD Kepri baru saja menyampaikan masalah pencemaran laut di Kepri dalam rapat bersama Menko Maritim. Eh, belum apa-apa sudah terjadi lagi," katanya kepada Gatra.com melalui sambungan telepon Sabtu (13/4).

Di rapat itu kata Surya ada disebutkan Kesatuan Penjaga Laut dan Pantai (KPLP) pernah mendeteksi kapal asing melakukan pembuangan limbah di perairan Kepri.

"Tapi kemudian, proses penindakan yang masih kurang tegas. Disamping itu, pelaku sering menggunakan berbagai cara untuk membuang limbah dilaut. Ini kejahatan yang berulang, harusnya cepat kita cegah dan pelakunya ditindak tegas," pinta Surya.

Soalnya kata Surya, pemerintah dan aparat sebenarnya sudah tahu pola-pola yang dipakai para pembuang limbah itu. Tapi kok belum juga bisa diatasi dan diberantas.

"Saran kami adalah patroli bersama yang pernah dilakukan antara Indonesia, Singapura dan Malaysia diaktifkan kembali," pinta Surya.

Menurut Suray, kuat dugaan proses Tank cleaning (pembersihan sisa minya kapal) yang menjadi biang kerok limbah ini. Harusnya Pemerintah serius menangani pencemaran limbah, karena saban tahun di perairan Kepri selalu saja ada pembuangan limbah.

Bahkan di kawasan Lagoi Kepulauan Bintan yang notabene tempat tujuan wisata Kepri, terkena imbasnya. Pengunjung tidak berani lagi berenang ke laut dan tidak sedikit pula turis mancanegara kembali ke negaranya lantaran limbah itu.

Sebelumnya, Menteri Pariwisata (Menpar) RI, Arief Yahya meminta kepada instansi dan pelaku pariwisata bahari di Batam dan Kepulauan Riau (Kepri) agar lebih peka terhadap dampak pencemaran laut.

Sebab dengan adanya limbah B3 berupa minyak hitam yang mengotori beberapa kawasan wisata di Batam, dapat mengganggu kenyamanan wisatawan, khususnya mereka yang berasal dari luar negeri.

Arief meminta agar Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kota Batam dan Dispar Kepri untuk segera mendirikan Forum Manajemen Krisis Center seperti yang telah ada di Kemenpar.

Hadirnya Forum Manajemen Krisis Center ini kata Arief, menjadi wadah yang sangat penting untuk melatih kepekaan atas persoalan pariwisata yang ada di daerah.

"Ini persoalan mendesak sekali. Manajemen Krisis Centre itu akan melatih kewaspadaan kita atas persoalan yang terjadi," kata Arief saat kunjungan kerjanya ke Batam, Kamis (11/4).

Sebelumnya pada Rabu (10/4) ditemukan tumpahan limbah di kawasan Turi Beach Nongsa Batam. Tumpahan limbah berwarna hitam dan berbau menyengat itu terlihat menghampar seluas radius 500 meter.

Pengelola Turi Beach Nongsa mengatakan dalam dua hari sudah 180 karung limbah yang dikumpulkan. Gara-gara limbah itu pula, sejumlah turis asing memilih lebih cepat hengkang dari kawasan wisata itu.


Reporter: Romus Panca

944