Jakarta, Gatra.com - Salah satu pendiri platfrom Lapor Covid-19, Irma Hidayana menyatakan, situasi penanganan pandemi Covid-19 yang terjadi saat ini di Indonesia merupakan refleksi dari pemerintah yang belum mendengarkan masukan yang disuarakan oleh rakyatnya.
"Rasanya sudah sering kita dengar para ahli menyampaikan masukan-masukannya terhadap situasi pandemi yang terjadi selama rentang waktu 1.5 tahun. Kami merasa bahwa apa yang terjadi di lapangan saat ini belum merefleksikan masukan, kritikan, tawaran kontribusi yang kami suarakan itu didengar dan diakomodasi serta diimplementasikan." ungkap Irma dalam diskusi daring pada Senin (05/07).
Lebih lanjut, Irma mengungkapkan bahwa banyak sekali masyarakat yang positif Covid-19 dengan gejala sedang hingga berat mendapati layanan fasilitas kesehatan yang sudah penuh.
"Mulai dari awal Juni sampai akhir Juni kami kebanjiran pesan dari warga yang menyampaikan permintaan tolong untuk mendapatkan layanan medis." ungkapnya.
Sejumlah masayarakat itu, jelas Irma, meminta bantuan untuk mendapatkan pelayanan kesehatan, baik untuk dihubungkan dengan Puskesmas agar mendapatkan rujukan di lokasi isolasi terpusat pemerintah, atau mendapatkan ruang perawatan ICU di rumah sakit.
Irma mengungkapkan bahwa sebagian besar dari mereka tidak berhasil mendapatkan ruang perawatan dengan alasan kapasitas yang telah penuh. "Sebagian besar, saya bisa mengatakan hampir 90% itu tidak berhasil." jelasnya.
Irma menunjukkan sejumlah tangkapan layar dari respons sejumlah rumah sakit yang telah dihubungi. Mayoritas mengatakan ruang perawatan dan isolasi telah penuh terisi. Dampaknya, sejumlah penyintas Covid-19 harus meregang nyawa sebelum mendapatkan pelayanan kesehatan.
"Ini berakhir dengan banyaknya pasien yang kami dampingi untuk menjangkau fasilitas layanan kesehatan meninggal tanpa mendapatkan bantuan medis." ujarnya.
Untuk diketahui, hingga Ahad kemarin (4/07), platform Lapor Covid-19 telah mencatat 278 orang meninggal ketika menjalani isolasi mandiri atau tengah berusaha mengakses layanan kesehatan.
Irma menilai bahwa penanganan pandemi Covid-19 yang selama ini dilakukan oleh pemerintah terbukti tidak efektif. Menurutnya, bila terbukti efektif, lonjakan kasus yang terjadi seperti saat ini tidak mungkin akan terjadi.
"Yang ada malah pelongaran-pelonggaran. Kesehatan masyarakat rasa-rasanya hanya menjadi nomor dua dari kebijakan ekonomi." tegasnya.
Irma turut menyinggung data nasional penangana Covid-19. Menurutnya, data tersebut tidak mencerminkan angka yang sebenarnya di lapangan. Irma menyororti sikap Kementerian Kesehatan yang membantah fasilitas kesehatan kolaps.
Menurutnya pemerintah selama ini hanya mengacu pada data resmi ihwal keterisian tempat tidur rumah sakit. Padahal, data-data itu kerap tidak diperbarui. Doktor bidang ilmu kesehatan dan perilaku dari Columbia University ini meminta pemerintah tidak memakai statistik yang tidak menggambarkan kondisi nyata di lapangan.
"Mohon situasi yang sudah gawat darurat dan carut marut ini diakui, minta maaf, serta mengakhiri segala komunikasi yang mencitrakan bahwa kita baik-baik saja," tegas Irma.