Jakarta, Gatra.com – Ketua Umum Persatuan Insinyur Indonesia (PII), Dr. Ir. Heru Dewanto, IPU, ACPE, mengatakan, Indonesia membutuhkan sekitar 260 ribu insinyur guna melaksanakan program pemerintah terkait industri 4.0.
"Saat ini Indonesia memerlukan sekitar 260.000 insinyur, untuk memenuhi tingginya kebutuhan pembangunan infrastruktur dan lainnya. Kendati jumlah perguruan tinggi cukup banyak, namun kebutuhan insinyur baru terpenuhi sekitar 40%," ungkapnya.
Menurut Heru, jumlah insinyur di Indonesia baru sekitar 800 ribuan dari jumlah penduduk negeri ini pada tahun 2018 sekitar 266,79 juta orang. Artinya, jumlah insinyur per 1 juta penduduk adalah 3.038 insinyur.
Sementara itu, negara tetangga Indonesia, Singapura mempunyai 28.235 insinyur per 1 juta penduduk, Malaysia 3.375 insinyur per 1 juta penduduk, dan Vietnam lebih menggebrak dengan 8.917 insinyur per 1 juta penduduk. Ini sesuai data dari Asean Federation of Engineering Organizations Data pada 2018.
Sementara itu, data Kementrian PUPR menyebutkan, dibutuhkan 159.000 sarjana teknik dan insinyur profesional di Indonesia, namun hingga saat ini, dari 800.000 insinyur di Indonesia, tercatat baru sekitar 14.000 insinyur bersertifikasi Insinyur Profesional (IP) yang diberikan oleh PII.
"Di sisi lain, persaingan insinyur dengan Negara tetangga tidak bisa dihindari, implementasi MEA semakin terlihat jelas dan mobilisasi insinyur kawasan regional," katanya.
Heru melanjutkan, data pemerintah menunjukkan bahwa saat ini Indonesia telah melampaui lompatan besar dalam pembangunan infrastruktur. Pembangunan infrastruktur yang dilakukan pemerintah, di antaranya sebanyak 19 pelabuhan, 55 DAM, 10 Bandar udara, dan 79 venue olahraga kelas dunia. Hal ini menujukkan kebutuhan tenaga insinyur yang semakin besar.
Heru menambahkan, kebutuhan insinyur profesional tersebut tidak hanya untuk mengisi dibidang infrastruktur, tetapi juga di sejumlah bidang lain, di antaranya pariwisata, ekonomi maritim, energi dan sumber daya mineral, sumber daya air, teknologi pertahanan, dan teknik hayati.
Heru juga berharap, ke depanya Indonesia akan bisa menghasilkan insinyur profesional lebih banyak, agar kekurangan tadi tidak diisi oleh tenaga kerja asing profesional.