Jakarta, Gatra.com - Psikolog dari Universitas Mercu Buana, Muhammad Iqbal mengatakan, korban banjir yang terjadi di wilayah Jakarta, Bogor, Depok, Tanggerang, dan Bekasi (Jabodetabek) rawan terkena gangguan psikologi. Hal itu dikarenakan efek bencana alam memberikan trauma bagi para korban.
Gangguan psikologi tersebut dapat berupa gangguan emosi (pusing, mual, keringat dingin, jantung berdebar, gangguan tidur), gangguan kecemasan (cemas, takut, khawatir, sedih, mudah marah, merasa bersalah), gangguan pikiran (bingung, merasa tidak berdaya, sulit mengambil keputusan, sulit konsentrasi), dan gangguan perilaku (menarik diri, resah, menangis, mudah tersinggung, tidak sabar).
"Jika tidak ditangani dengan tepat mereka bisa mengalami post traumatic syndrome (PTSD)," ujar Iqbal saat ditemui di posko bencana banjir di Sasana Krida Karang Taruna Bidara Cina, Jakarta Timur, Sabtu (4/1).
Oleh karena itu, untuk mengurangi dampak psikologis para korban, Iqbal menilai, sangat penting diberikan pertolongan pertama psikologis atau psychological first Aid/PFA.
"Efek bencana itu jangka panjang, makanya diperlukan pertolongan pertama pada psikologi korban," imbuh dia.
Langkah pertama ialah membuat korban banjir nyaman dengan memenuhi kebutuhan dasar mereka, mulai dari makanan, pakaian, hingga keamanan. Selanjutnya adalah menghubungkan para korban banjir dengan keluarga mereka.
Sebab, biasanya pada saat terjadi bencana alam, para korban akan terpencar dengan keluarga mereka.
"Selanjutnya, para korban perlu diberdayakan agar mereka merasa memiliki satu sama lain. Salah satunya dengan melibatkan mereka di dapur umum. Ini harus dilakukan di semua posko pengungsian," lanjut dia.
Meski begitu, Iqbal menyayangkan karena belum adanya penanganan pertama psikologis di beberapa posko pengungsian. Padahal, penanganan pertama tersebut sangat perlu dilakukan, khususnya untuk anak-anak, ibu hamil, dan menyusui, serta para lansia.
"Mereka akan kehilangan harapan hidup dan memicu gangguan psikologis. Jadi perlu didengarkan dan dimanusiakan," pungkas Iqbal.