Cilacap, Gatra.com – Sebanyak 97 persen calon pengantin yang memeriksakan diri di fasilitas Voluntary Counseling Test (VCT) Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Cilacap, Jawa Tengah pernah berhubungan intim di luar pernikahan.
Manajer (VCT) RSUD Cilacap, Rubino Sriaji mengatakan, total sebanyak 400 pasang calon pengantin memeriksakan di VCT RSUD sejak 2016. Dari 400 pasangan itu, nyaris semuanya pernah berhubungan intim di luar nikah, baik dengan pasangan yang akan dinikahinya maupun dengan orang lain.
“Dari ribuan calon pengantin, kebanyakan memeriksakan diri di VCT Puskesmas. Kita menangani sekitar 400 calon. Dari 400 itu, 97 persennya ternyata sudah pernah berhubungan intim,” katanya, di Cilacap, Selasa (27/8).
Angka ini, kata Rubino, menunjukkan bahwa pergaulan bebas atau seks di luar nikah di Cilacap sudah mewabah. Bahkan, ada kasus, seorang calon pengantin berhubungan intim dengan orang lain, ketika yang bersangkutan tengah mengurus penrnikahan.
“Konseling itu kan mendalam. Ini bukan dengan pasangannya. Tapi dengan orang lain,” ucapnya.
Meski begitu, ia menyatakan bahwa fakta data di RSUD Cilacap itu tidak bisa dijadikan pijakan untuk data secara keseluruhan di Cilacap. Namun, yang mesti diperhatikan adalah perubahan perilaku hidup masyarakat, terutama di kalangan muda usia.
“Terlihat bahwa seks di luar pernikahan di kalangan remaja sudah mencemaskan,” ujarnya.
Secara total, kini di Cilacap ada 1.444 orang dengan HIV-AIDS (ODHA), 59 di antaranya adalah pasangan calon pengantin. “Padahal bisa lebih dari itu. Karena, ada juga data yang di Puskesmas yang belum diinput ke RSUD, tapi orangnya sudah keburu bekerja ke luar negeri,” ucapnya.
Rubino mengemukakan, di Cilacap calon pengantin memang wajib untuk melakukan pemeriksaan atau konseling di VCT. Pemkab Cilacap memiliki 47 VCT yang tersebar di 38 puskesmas dan rumah sakit baik milik pemerintah maupun swasta. Calon pengantin bisa memeriksakan diri di fasilitas VCT terdekat.
Rubino mengemukakan, selain kelompok berrisiko tinggi, seperti PSK atau pekerja di tempat hiburan, persebaran penyakit HIV yang mencemaskan justru terjadi di kelompok ibu rumah tangga. Ibu rumah tangga, menempati peringkat pertama jumlah kasus HIV sejak 2016.
“Memang, ibu rumah tangga ada yang bukan ibu rumah tangga murni. Kadang ada yang bekerja di tempat hiburan malam, tapi tercatatnya sebagai ibu rumah tangga. Tapi kebanyakan tertular oleh suaminya,” ucap Rubino.
Selain itu, kelompok rentan lainnya adalah buruh migran atau Pekerja Migran Indonesia. Kasus HIV di kelompok buruh migran juga cukup tinggi.
“Langkah yang kami lakukan adalah eduksi penanggulangan HIV di kelompok rentan. Mereka akan mendapat penanganan medis, pengobatan,” ujarnya.