Jakarta, Gatra.com - Mabes Polri tengah menyelidiki nama Tri Susanti yang diduga menjadi koordinator lapangan (Korlap) aksi sejumlah organisasi masyarakat (Ormas) yang mendatangi asrama mahasiswa Papua di Surabaya.
Kepala Biro Penerangan Umum (Kabag Penum) Humas Polri, Kombes Pol Asep Adi Saputra mengatakan, penyelidikan terhadap Tri juga mencakup latar belakangnya sebagai kader Gerindra.
"Sementara kita juga sedang melihat bagaimana reaksi dari partai yang bersangkutan yang juga sedang melakukan investigasi terhadap yang bersangkutan," papar Asep di Mabes Polri, Jakarta Selatan, Kamis (22/8), kemarin.
Penggerebekan ormas di asrama mahasiswa Papua yang berlokasi di Jl. Kalasan, Tambaksari, Surabaya berbuntut panjang. Beberapa Kabupaten di Papua seperti Manokwari, Nabire, Biak, Yapen, dan Merauke berturut-turut melakukan aksi protes setelah penangkapan 43 mahasiswa diwarnai hinaan bernada rasis.
Asep memastikan, pihaknya tidak campur tangan terhadap sikap Gerindra terhadap kader partainya itu. Penyidik hanya memantau perkembangan situasi.
"Kita tidak di dalam area itu tetapi kita sama-sama akan melihat bagaimana perkembangan situasi yang ada," ungkapnya
Baca Juga: Papua Minta Referendum, Pegiat Kamisan: Itu Ekspresi Politik
Selain Tri Susanti, penyelidikan Polri juga menyasar bukti video yang tersebar di berbagai media sosial. Sebagai informasi, Tri Susanti tercatat sebagai seorang calon anggota legislatif DPRD Surabaya dari Partai Gerindra mewakili daerah pemilihan 3 yang meliputi kecamatan Bulak, Gunung Anyar, Mulyorejo, Rungkut, Sukolilo, Tenggilis Mejoyo dan Wonocolo nomor urut delapan.
Selain itu, ia juga tercatat sebagai Anggota Forum Komunikasi Putra Putri Purnawirawan dan TNI Polri (FKPPI) Surabaya. Dilansir Antara, perempuan yang akrab disapa Mak Susi itupun sempat diminta hadir di Polda Jatim bersama perwakilan ormas dan organisasi kepemudaan serta tokoh masyarakat.
Pada kesempatan tersebut, Tri Susanti meminta maaf di depan media mengenai adanya salah satu oknum yang meneriakkan kalimat rasis.
"Kami atas nama masyarakat Surabaya dan dari rekan-rekan ormas menyampaikan permohonan maaf apabila ada masyarakat atau pihak lain yang sempat meneriakkan itu," katanya.
Dia berdalih, kedatangannya bersama bersama ormas lain ke Asrama Mahasiswa Papua Jalan Kalasan Surabaya karena membela Merah Putih yang dikabarkan dirusak hingga dibuang.
"Kami ini hanya ingin menegakkan bendera Merah Putih di sebuah asrama yang selama ini mereka menolak memasang. Jadi ini bukan agenda yang pertama kali," tuturnya.
Ia juga sempat membantah jika pihaknya dianggap melakukan pengusiran terhadap mahasiswa Papua. "Kalau dibilang bahwa masyarakat Surabaya terjadi bentrok atau teriakan rasis, itu sama sekali tidak ada. Jadi, kami hanya ingin bendera Merah Putih berkibar dan tujuannya itu," kata dia.