Bantul, Gatra.com – Usai perburuan telur dan daging penyu berhenti tahun 2000-an, kini menjelang dua dekade upaya pelestarian penyu di kawasan Pantai Samas, Srigading, Samas, Bantul, dinilai menuai hasil. Penetasan telur-telur penyu telah meningkat empat kali lipat.
Hal ini disampaikan Ketua Forum Konservasi Penyu Bantul (FKPB) Rujito saat ditemui Gatra.com, Selasa (4/5), di tempat penetasan penyu yang didirikan ulang pada 2013 di kawasan Pantai Samas.
“Dulu saya termasuk pemburu penyu saat musim paceklik ikan. Nelayan di sini biasanya berburu penyu sehabis bertelur. Kami ambil dagingnya. Kepalanya dibuang ke laut,” katanya.
Namun kebiasaan Rujito berubah ketika dia diajak berdiskusi dengan sejumlah pihak, terutama Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Yogyakarta. Pria yang kerap dipanggil Mbah Duwur, usia 60 tahun ini, akhirnya tahu bahwa penyu termasuk hewan yang dilindungi.
Sejak saat itu, dia bersama beberapa warga berupaya melakukan konservasi dengan berhenti memburu penyu. Upaya itu bahkan berlanjut dengan penyelematan telur-telur penyu dengan cara memindah tempat-tempat penetasan yang dapat dijangkau ombak.
Di area sekitar 100 meter dari bibir pantai, Mbah Duwur lantas membuat area penetasan. Ia mendapat bantuan berbagai pihak yang peduli pada konservasi penyu.
Area itu kemudian berkembang menjadi area pembelajaran tentang penyu. Di area seluas 10 meter persegi itu terdapat 14 lubang penetasan yang dibuat dari bis beton.
“Sejak 21 April sampai 1 Juni kemarin terdapat 987 telur penyu yang kami tetaskan di sini. 10 Juni besok 124 telur akan menetas pertama kalinya dan telur terakhir akan menetas pada 19 Juli,” ujar pria yang memenerima Kalpataru bidang Penyelamatan Lingkungan pada 2007.
Baca Juga: Dua Elang Dilepasliar di Gunungkidul
Telur-telur penyu yang ditetaskan di area ini kebanyakan didapat dari anggota FKPB dan nelayan yang tak sengaja menemukannya di bibir pantai sepanjang Pantai Baru sampai Pantai Depok. Untuk satu telur yang disetorkan, FKPB akan memberi kompensasi Rp2000.
Bagi Mbah Duwur, upaya selama hampir dua dekade untuk memulihkan kembali habitat penyu di Pantai Samas mulai terlihat hasilnya. Indikasinya adalah muncul banyak tempat penetasan alami di pantai.
“Tahun-tahun sebelumnya hanya ada dua tempat penetasan alami yang kami temukan kemudian kami jaga. Dua tahun terakhir jumlahnya meningkat hingga empat kali lipat. Musim tahun ini saja sudah ada delapan titik yang ditemukan,” katanya.
Ia menjelaskan, ada empat jenis penyu biasa bertelur di Pantai Samas, yakni penyu belimbing (Dermochelys coriacea), penyu sisik (Eretmochelys imbricata), penyu lekang (Lepidochelys olivacea), dan penyu hijau (Chelonia mydas).
Pada usia senja ini, bagi Rujito, menyelamatkan hewan yang pernah menjadi mata pencahariannya menjadi hal utama. Ia ingin terus memperjuangkan konservasi satwa yang dilindungi ini di sisa usianya.
Meski ada sekelompok orang yang tidak menyukai usahanya, Rujito yakin upaya ini akan diteruskan oleh mereka yang masih peduli pada lingkungan.
Upaya FKPB pun sudah berkembang dengan hadirnya satu-dua kelompok pelestari penyu di Pantai Depok dan Pantai Goa Cemara. Namun dia terus berharap kepedulian ini juga diikuti oleh nelayan Samas.
“Saya hanya berharap kawasan Pantai Samas yang sekarang rusak karena abrasi ini bisa menjadi wisata unggulan di Bantul dengan banyaknya penyu yang kembali bertelur,” katanya.
Ia yakin saat manusia menjaga dan melindungi alam secara baik, maka alam akan memberikan lebih dari apa yang manusia butuhkan.