Bantul, Gatra.com - Alat musik ukulele dengan kualitas kelas dunia diproduksi di Bantul. Diproduksi dari belajar secara otodidak dari Youtube, dengan alat sederhana rakitan sendiri, tapi dipesan hingga ke Hawai dan Rusia.
Gatra.com mengunjungi bengkel Pelem Ukulele, produsen alat petik itu, Sabtu (4/5). Terletak di sebelah tenggara dari pusat Kota Yogyakarta, bengkel Pelem Ukulele dapat ditempuh selama empat puluh menit berkendara.
Tepatnya di Jalan Ngipik, Dusun Wirono, Kelurahan Baturetno, Kecamatan Banguntapan, Kabupaten Bantul. Tiba di lokasi, Gatra.com disambut oleh tiga punggawa Ukulele Pelem, yaitu Wafiq Giotama atau Ogi, Fadil Firdaus, dan Suryo.
Nuansa khas langsung terasa ketika memasuki bengkel tempat mereka bekerja. Aroma serutan kayu yang memenuhi semua penjuru ruangan.
Bengkel tersebut berupa bangunan joglo tanpa sekat, dengan dinding kayu yang memiliki ukiran sederhana di bagian depan.
Pengunjung tak perlu repot-repot menyusuri halaman untuk sampai di depana pintu masuk, karena bangunan berukuran 7x5 meter tersebut didirikan persis di tepi jalan dengan sedikit menyisakan ruang, hanya berjarak dua langkah orang dewasa dari jalan di depannya.
Tampak di setiap sudut peralatan kerja berjejer tak beraturan Para pengunjung harus benar-benar memperhatikan setiap langkah kaki karena banyak perkakas berserakan memenuhi lantai.
Meja sampai setiap peralatan tidak ada yang benar-benar bersih dari sisa serutan kayu. Beberapa peralatan bahkan tak terlihat karena tertutup sisa serutan kayu yang menumpuk.
Namun dari bengkel berantakan ini, tiga sekawan dari Pelem Ukulele mampu menghasilkan sebuah karya yang dapat bersaing di pasar alat-alat musik.
Usaha yang dirintis sejak 2011 tersebut mulanya berawal dari keinginan Fadhil dan Ogi untuk membuat ukulele dengan bahan-bahan berkualitas. Sempat gagal ketika pertama kali membuat ukulele, tak membuat surut niatan keduanya.
“Dulu awal-awal bikin sepuluhan ukulele sempet gagal semua,” kata Ogi.
Setelah beberapa kali uji coba dan terus melakukan riset, kini ukulele buatan mereka dibanderol Rp600 ribu hingga Rp3 juta rupiah di pasaran.
Produk dari Pelem Ukulele memang berbeda dari kebanyakan ukulele di pasaran. Hal ini karena Pelem Ukulele menggunakan kayu utuh untuk membuat ukulelenya. Sedangkan kebanyakan ukulele dibuat dari bahan dasar kayu olahan.
Menurut Ogi, bahan baku dari kayu utuh tersebut turut mempengaruhi kulaitas suara ukulele. “Tergantung jenis kayu dan desainnya. Kalau kayu impor lebih mahal lagi. Sementara ini untuk kayu lokal yang mahal dari akasia. Harga ukulelenya bisa mencapai tujuh sampai delapan juta,” ungkap Ogi.
Ukulele garapan mereka diminati di kota-kota besar seperti Jakarta dan Surabaya. Selain itu, Pelem Ukulele mendapat pesanan dari mancanegara seperti Korea Selatan, Rusia, bahkan Hawai.
“Kami selama ini jarang ready stock ya. Kebanyakan kami melayani pesanan. Tiap bulannya bisa mencapa dua puluhan ukulele, sesuai kapasitas produksi kami,” tuturnya.
Uniknya, menurut Suryo, hampir semua alat-alat yang digunakan di Pelem Ukulele merupakan rancangan mereka sendiri. Hanya sedikit alat yang mereka beli langsung dari pabrik seperti mesin bubut salah satunya.
“Ya karena kalau kami beli jadi kadang kurang sesuai jadi kami rancang dan rakit sendiri. Lebih murah juga,” ujar jebolan UGM tersebut sambil menunjukkan salah satu alat pemanas yang dirakit dari sebuah kompor.
Keterampilan membuat alat-alat tersebut mereka dapat dari tayangan Youtube. Ia mengatakan, hampir semua perkakas termasuk bahan bangunan bengkel Pelem Ukulele didapat dengan harga yang sangat terjangkau.
Bahkan tanah bengkel mereka juga disewa dengan harga yang sangat murah. Sebelumnya mereka mendirikan bengkel di daerah Jalan Kaliurang. Namun karena biaya sewa yang relatif mahal, mereka memutuskan untuk pindah agak jauh dari pusat kota namun tetap mudah dijangkau.
Akhirnya pilihan tersebut jatuh di daerah Bantul. Harga sewa tanah yang hanya sembilan juta untuk setiap lima tahunnya. Mulanya tanah yang mereka sewa merupakan lahan kosong yang kemudian disulap menjadi joglo sederhana.
“Kami cari sendiri bahan bangunannya, yang murah dan mudah didapat lalu kita bangun jadi seperti ini,” ungkap Suryo.
Keadaan atap yang agak terbuka dibagian samping bangunan ternyata tidak menjadi kendala. Ogi menjelaskan bahwa keadaan bangunan yang mereka gunakan tidak menghampat proses pengerjaan ukulele.
“Justru memang kami butuh tempat yang agak terbuka, karena itu bagian samping atap agak terbuka untuk memberi sirkulasi. Kalau pengap, kayu-kayu di sini bisa rusak,” Jelas Ogi.
Namun dari bengkel sederhana ini Pelem Ukulele dapat menghasilkan alat musik kualitas dunia. Untuk ukulele pesanan khusus atau custom dari kayu utuh ini, Pelem Ukulele menyebut satu-satunya di DIY dan hanya bersaing dengan produsen sejenis di Bandung.
Reporter: Thovan Sugandi